Senin, 31 Mei 2010

Tantangan Global Dunia Industri

Globalisasi bisa dipersepsikan macam-macam tergantung dari sisi dan kepentingan apa orang melihatnya. Globalisasi bisa diartikan sebagai ancaman terutama bagi mereka yang tidak siap untuk menghadapi arus; akan tetapi juga bisa dipersepsikan sebagai peluang bagi mereka yang mampu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Globalisasi bisa diartikan dengan semakin kompleks (complexity)-nya permasalahan dan meningkatnya persaingan (competion) yang kemudian harus diikuti dengan perubahan-perubahan (change) baik dalam organisasi maupun manajemen serta sikap-mental sumber daya manusia yang mendukungnya (Manuaba, 2000). Bagi industri arti globalisasi tidak sekedar merubah skala pasar maupun arus distribusi barang, akan tetapi lebih jauh dari itu globalisasi akan memberikan paradigma-paradigma baru yang harus diantisipasi dan diikuti kalau tidak ingin gulung tikar. Industri yang dahulunya dioperasikan dengan konsep pemanfaatan sumber-daya (material, energy, modal, manusia) yang terbatas --- untuk itu sistem produksi harus dioperasikan secara efektif-efisien --- dalam era global ini haruslah kemudian dikembangkan dengan penguasaan informasi (knowledge based). Begitu juga sistem produksi yang dahulunya dikembangkan melalui konsep produksi massal (mass production) dengan bertumpu pada beberapa standard produk, cenderung kemudian “kembali” ke upaya memenuhi kepuasan kustomer (mass customization) yang sangat beragam. Organisasi kerja yang beranjak dari struktur hirarki-birokrasi yang menempatkan manusia sebagai pekerja (karyawan) pabrik, selanjutnya bergeser maju berubah dalam pola struktur jaringan (network) dimana manusia (dan juga organisasi) akan beraliansi dalam sebuah mata-rantai kerja-sama dengan semangat “partnership”.
Tantangan global yang membawa dampak kearah suasana persaingan “hidup-mati” yang begitu keras memaksa industri terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan daya saing-nya. Dalam hal peningkatan daya saing, industri tidak saja harus mampu meningkatkan produktivitas total-nya akan tetapi juga harus mampu meningkatkan kualitas, menekan biaya dan memenuhi keinginan kustomer secara tepat waktu. Perubahan paradigma yang terjadi baik di lini produksi/operasional (mikro) maupun lini strategis-makro (manajemen puncak) haruslah bisa diantisipasi dan kemudian diadopsi secara layak. Menghadapi situasi dan kondisi semacam ini diperlukan seorang manajer industri yang menguasai benar metode/keilmuan Teknik Industri yang tidak saja dipakai untuk memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat teknis-operasional (engineering design & process), akan tetapi juga yang bersifat non-teknis (sosial-ekonomis) serta kiat-kiat untuk mengendalikan persoalan manusia (human skill). Disisi lain juga diperlukan seorang manajer industri yang mampu bertindak sebagai pemecah persoalan, pengendali perubahan dan peredam konflik yang senantiasa dapat memformulasikan dan melahirkan konsep-konsep baru untuk menghadapi segala kompleksitas dan ketidak-pastian yang terjadi.
Globalisasi jelas membawa banyak tantangan, ancaman maupun peluang yang harus dihadapi oleh dunia industri dan secara serta-merta akan langsung menjadi tanggung-jawab profesi Teknik Industri. Tantangan global tidak bisa tidak menghadapkan dunia pendidikan tinggi teknologi industri agar mampu mengikuti dan menangkap arah perkembangan sains-teknologi yang melaju cepat seiring dengan tuntutan masyarakat (termasuk industri) pemakai jasa pendidikan tinggi. Disini pendidikan tinggi haruslah mampu mempersiapkan sumber-daya manusia yang berkualitas, dan memenuhi tuntutan persyaratan maupun standard kompetensi kerja yang berdaya-laku internasional. Dengan mengacu pada ABET-Engineering Criteria 2000, maka seorang profesional Teknik Industri tidak saja harus menguasai kepakaran Teknik Industri; tetapi juga harus memiliki wawasan, pemahaman, dan kemampuan seperti halnya (a) kemampuan untuk bekerja dalam kelompok (organisasi), (b) pemahaman tentang tanggung jawab sosial dan etika profesi, (c) kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, (d) kesadaran lingkungan (alam maupun sosial), (e) kepekaan tinggi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi menyangkut berbagai macam isue kontemporer, aktual maupun situasional dan (f) kemampuan berorganisasi, manajemen dan leadership, dan sebagainya. Berdasarkan ABET Engineering Criteria 2000 tersebut, seorang profesional Teknik Industri tidak saja diharapkan akan memiliki kemampuan akademis dan kompetensi profesi keinsinyuran (engineering) yang baik saja, tetapi juga memiliki wawasan dan kepekaan terhadap segala permasalahan yang ada di industri maupun masyarakat.
(http://www.its.ac.id/personal/files/pub/2851-m_sritomo-ie-PERAN%20PERAN%20STRATEGIS%20DISIPLIN%20TEKNIK%20INDUSTRI.pdf)
Saran untuk tulisan ini adalah sangat berguna untuk mengetahui tantangan apa saja yang akan di hadapi dalam tantangan global khususnya dunia teknik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar