Tantangan utama para auditor saat ini muncul dari keterikatan terhadap konvensi dasar cost histories laporan keuangan, yang mana tidak dapat dilpeas dari konvensi akuntansi keuangan yang ditetapkan oleh pihak lain, yakni penentu standar akuntansi. Dan umumnya, kantor akuntan publik menjalankan dua jenis jasa terhadap kliennya, yaitu:
a. Jasa atestasi, muncul karena
• Ada pihak yang memerlukan informasi.
• Penyedia informasi mempunyai interest yang berbeda para user.
• Informasi yang dihasilkan dapat di audit.
• Anlisis biaya dan manfaat yang dinilai layak
Jasa atestasi ini di era informasi semakin besar peluang untuk berbisnis bagi auditor.
b. Jasa konsultasi, setiap pekerjaan konsultasi manajemen, kantor akuntan publik semakin dituntut untuk memberikan advis manajemen dengan cepat dan tepat yang dapat memberikan dampak kinerja perusahaan lebih baik, yaitu mengarahkan rancangan sistem informasi yang dapat menciptakan keunggulan kompetitif, sehingga advis yang diberikan tidak hanya terbatas pada laporan audit maupun SPT pajak namun juga mampu mengidentifikasi aktivitas klien yang memberikan added value (nilai tambah), meminimumkan biaya aktivitas serta sekaligus dapat meningkatkan nilai tambah perusahaan.
Pemanfaatan teknologi informasi (IT) dalam audit semakin luas dan semakin banyak perkantoran akuntan publik yang menggunakan generalized audit software karena semakin meningkat produktivitas dalam menjalankan pekerjaan audit dengan electronic working papers, sementara di pihak lain, system informasi yang diterapkan klien dengan basis komputer yang memungkinkan pekerjaan audit dilaksanakan secara on line, akibatnya manfaat audit yang diperoleh semakin cepat bagi yang membutuhkan informasi.
Untuk itu para auditor dalam memberikan advis kepada klien di era informasi ini diharapkan memilki kemampuan :
• Memahami nilai strategis system informasi.
• Memahami aktivitas utama klien dalam menciptakan nilai tambah.
• Memberikan alternatif tindakan untuk menciptakan nilai yang lebih besar dengan bantuan teknologi informasi.
• Mengidentifikasi, memanej, dan mengembangkan sumberdaya organisasi agar memberikan nilai tambah yang lebih besar.
(http://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi/2010/MANAJERIALSeptember2008/4%20 %20%20STMIK%20AMIKOM%20YOGYAKARTA%20-%20DAMPAK%20PERKEMBANGAN%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20DALAM%20PROFESI%20AKUNTAN%20DAN%20IMPLIKASINYA.pdf).
Saran adalah kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi pengaruh TI (Teknologi Industri) di dalam dunia auditing.
Senin, 31 Mei 2010
Pengaruh TI Dalam Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan dirancang untuk menghasilkan informasi keuangan yang diperlukan para stakeholder perusahaan, sementara pihak luar perusahaan seperti calon investor, kreditur, dan masyarakat umum juga memerlukan informasi perusahaan menyangkut misi, tujuan manajemen, kemampuan manajemen mengembangkan produk
baru, kemampuan memasarkan produk, pengembangan sumber daya insani dan sebagainya.
Informasi keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi keuangan bersifat periodik, histories, dan disusun berdasarkan cost (biaya), pada era informasi ini laporan keuangan akan semakin sering disajikan, sedangkan histories informasi keuangan membatasi ruang
lingkupnya para user yang akan mengambil tindakan keputusan atas dasar prediksi di masa yang akan datang, adapun inormasi yang memuat estimasi kondisi keuangan sangat diperlukan bagi para calon investor, apalagi saat ini nilai perusahaan tidak tercermin melalui cost saja.
Laporan keuangan yang berdasarkan prinsip akuntansi biasanya disajikan dalam format laporan atau statement, sementara teknologi informasi lebih memberi peluang untuk dapat menyajikan informasi dalam berbagai format dan bentuk, baik secara teks, grafik, sound, tabulasi dan sebagainya, hanya saja prinsip akuntansi yang berlaku tidak mudah di revisi dan membutuhkan proses politik yang panjang, akibatnya banyak para akademisi lebih mengkonsentrasikan pada akuntansi manajemen saja.
Prinsip akuntansi yang ada umumnya mengatur tujuan pelaporan keuangan, definisi elemen laporan keuangan, pengakuan dan pengukuran tiap elemen, penyajian dan pengungkapan dari kejadian keuangan, disisi lain, para manajer dan investor mempunyai
keinginan yang sama dalam mengkaji prestasi keuangan perusahaan meskipun berbeda level, dan setiap level manajemen akan menilai berbagai alernatif investasi untuk memaksimumkan nilai sekarang arus kas di masa depan (future value).
Walaupun rincian informasi yang diperlukan manajer dan investor berbeda, namun informasi yang disajikan diharapkan dapat konsisten dan mememnuhi standar kualitas informasi yaitu STARCERUCE-C3 (Safety/security, Timeliness, Accurate, Relevance, Complete, Efficient, Reliable, Usability, Competitiveness, Economics, Clearly, Correctness, Consistence), sehingga dapat mencerminkan kondisi ekonomi yang real, dan para manajer dapat melaporkan informasi keuangan perusahaan secara real pada kondisi ekonomi yang ada, sehingga dapat berperilaku berdasarkanb norma rasionalitas
manajemen di era informasi.
Prinsip akuntansi yang ada akan disesuaikan dengan kebutuhan informasi berdasarkan tuntutan era informasi, karenanya perlu dipertimbangkan beberapa factor, yaitu:
a. Perilaku information user (pemakai informasi) dalam meprediksi arus kas di masa datang.
b. Kebutuhan informasi internal bagi setiap level manajer maupun manajer fungsional.
c. Information based assets dan sumberdaya insani lebih diperhatikan.
d. Arus informasi continue lebih diperhatikan.
e. Informasi yang menjadi signal perubahan atau percepatan perubahan pada level w” lebih diperhatikan.
(http://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi/2010/MANAJERIALSeptember2008/4%20 %20%20STMIK%20AMIKOM%20YOGYAKARTA%20-%20DAMPAK%20PERKEMBANGAN%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20DALAM%20PROFESI%20AKUNTAN%20DAN%20IMPLIKASINYA.pdf).
Saran adalah kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi pengaruh TI (Teknologi Industri) di dalam dunia akuntansi keuangan.
baru, kemampuan memasarkan produk, pengembangan sumber daya insani dan sebagainya.
Informasi keuangan yang dihasilkan dalam akuntansi keuangan bersifat periodik, histories, dan disusun berdasarkan cost (biaya), pada era informasi ini laporan keuangan akan semakin sering disajikan, sedangkan histories informasi keuangan membatasi ruang
lingkupnya para user yang akan mengambil tindakan keputusan atas dasar prediksi di masa yang akan datang, adapun inormasi yang memuat estimasi kondisi keuangan sangat diperlukan bagi para calon investor, apalagi saat ini nilai perusahaan tidak tercermin melalui cost saja.
Laporan keuangan yang berdasarkan prinsip akuntansi biasanya disajikan dalam format laporan atau statement, sementara teknologi informasi lebih memberi peluang untuk dapat menyajikan informasi dalam berbagai format dan bentuk, baik secara teks, grafik, sound, tabulasi dan sebagainya, hanya saja prinsip akuntansi yang berlaku tidak mudah di revisi dan membutuhkan proses politik yang panjang, akibatnya banyak para akademisi lebih mengkonsentrasikan pada akuntansi manajemen saja.
Prinsip akuntansi yang ada umumnya mengatur tujuan pelaporan keuangan, definisi elemen laporan keuangan, pengakuan dan pengukuran tiap elemen, penyajian dan pengungkapan dari kejadian keuangan, disisi lain, para manajer dan investor mempunyai
keinginan yang sama dalam mengkaji prestasi keuangan perusahaan meskipun berbeda level, dan setiap level manajemen akan menilai berbagai alernatif investasi untuk memaksimumkan nilai sekarang arus kas di masa depan (future value).
Walaupun rincian informasi yang diperlukan manajer dan investor berbeda, namun informasi yang disajikan diharapkan dapat konsisten dan mememnuhi standar kualitas informasi yaitu STARCERUCE-C3 (Safety/security, Timeliness, Accurate, Relevance, Complete, Efficient, Reliable, Usability, Competitiveness, Economics, Clearly, Correctness, Consistence), sehingga dapat mencerminkan kondisi ekonomi yang real, dan para manajer dapat melaporkan informasi keuangan perusahaan secara real pada kondisi ekonomi yang ada, sehingga dapat berperilaku berdasarkanb norma rasionalitas
manajemen di era informasi.
Prinsip akuntansi yang ada akan disesuaikan dengan kebutuhan informasi berdasarkan tuntutan era informasi, karenanya perlu dipertimbangkan beberapa factor, yaitu:
a. Perilaku information user (pemakai informasi) dalam meprediksi arus kas di masa datang.
b. Kebutuhan informasi internal bagi setiap level manajer maupun manajer fungsional.
c. Information based assets dan sumberdaya insani lebih diperhatikan.
d. Arus informasi continue lebih diperhatikan.
e. Informasi yang menjadi signal perubahan atau percepatan perubahan pada level w” lebih diperhatikan.
(http://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi/2010/MANAJERIALSeptember2008/4%20 %20%20STMIK%20AMIKOM%20YOGYAKARTA%20-%20DAMPAK%20PERKEMBANGAN%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20DALAM%20PROFESI%20AKUNTAN%20DAN%20IMPLIKASINYA.pdf).
Saran adalah kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi pengaruh TI (Teknologi Industri) di dalam dunia akuntansi keuangan.
Pengaruh TI Dalam Akuntansi Manajemen
Akuntansi manajemen merupakana cabang akuntansi yang menyangkut rekayasa sistem informasi untuk memenuhi kebutuhan intern manajemen, informasi keuangan intern tersebut diperlukan para manajer untuk mendukung pengambilan keputusan dalam rangka pengelolaan dan pengendalian organisasi bisnis, dengan perkataan lain, akuntansi manajemen menghasilkan informasi bagi para manajer. Organisasi dalam era informasi didukung oleh personalia yang sebagian besar tergolong sebagai knowledge workers, dengan demikian, akuntansi manajemen pada era informasi sebaiknya tidak hanya melayani kebutuhan manajer saja, tetapi juga para perkerjaan yang lain, karyawan yang melaksanakan kegiatan operasional memerlukan informasi untuk pengendalian kegiatan.
Informasi yang diukur dan disajikan dalam laporan keuangan pada dasarnya mengikuti pola kebutuhan inforasi pada era industri level p, dan p’ berupa aktiva, kewajiban, pendapatan, biaya dan laba, sehingga sistem akuntansi pun dirancang untuk menghasilkan informasi tersebut. Assets yang dicatat dan dilaporkan pada sebagaian besar adalah asset yang tangible (berwujud) yang sesuai dengan era industri, dalam neraca dapat dilihat unsure assetnya terdiri atas penyediaan, aktiva tetap yang berupa mesin – mesin, gedung dan peralatan, asset tersebut dicatat dengan dasar cost jadi lebih banyak dilihat dari sisi produksi bukan dari sisi nilainya yang mungkinlebih cocok menurut pandangan konsumen.
Prinsip pengakuan dalam akuntansi pada umumnya menggunakan terjadinya transaksi dengan pihak luar perusahaan, tanpa ada transaksi maka tak akan ada pencatatan (pendokumentasian), jadi akuntansi hanya mencatat dan melaporkan segala sesuatu atas dasar kejadian yang tetjadi pada masa lalu, struktur kode perkiraan dalam sistem akuntansi pada era industri biasanya dirancang dengan acuan struktur organisasi yang hierarkhis, sementara struktur kode tipikal pada umumnya mengikuti pola “semakin rinci sesuatu maka semakin kea rah kanan kodenya”. Struktur hierarkhis ini sangat memudahkan proses penyusunan laporan menurut tingkat organisasi dari yang terendah sampai yang tertinggi, sebenarnya pola struktur ini memaksakan pola organisasi fungsional hierarkhis yang tidak sesuai dengan organisasi jaringan pada era informasi, sementara data anggaran dan biaya terpaksa harus dicatat mengikuti struktur kode yang ada, sehingga tidak mungkin dilakukan penanganan secara efektif biaya yang
sifatnya cross – functional.
Pada prinsipnya, rancangan sistem akuntansi pada era industri mengacu pada pelaporan di tingkat tingkat p dan p’, sebagian besar hanya mengakui asset tangible, lebih menekankan aspek produksi, menunggu terjadinya transaksi atau event tertantu untuk melakukan pengakuan dan terpaku pada struktur organisasi hierarkhis fungsional. Rancangan system akuntansi pada era informasi sebaiknya lebih diarahkan pada informasi yang menunjukkan perubahan dalam sumber daya dan proses, system informasi yang demikian diperlukan para manajer karena mereka bertanggungjawab untuk mentransfer sumber daya melalui proses kegiatan, para manajer wajib mampu merencanakan dan mengendalikan system organisasi secara totalitas, yang mana pengukuran dan pelaporan kegiatan manajerial diarahkan pada tingkat w”.
Praktik dalam bisnis yang mengarahkan ke rancangan system yang demikian sudah sering didapatkan, misalnya dalam kontrak pengadaan dan di era informasi di definisikan: Tingkat penolakan material yang dapat ditoleransi pada bulan pertama pengadaan adalah 100 per 10.000 unit, untuk tiga bulan berikutnya 100 per 50.000 unit, dan sejak bulan ke lima sampai akhir tahun 100 per 100.000 unit.
Sumber daya dan kewajiban yang menjadi pusat perhatian dalam merancang system akuntansi di era informasi juga wajib diarahkan pada information based assets, assets demikian misalnya penelitian dan pengembangan, sumber daya insani, data dan kapasitas berinovas, di saat awal asset ini belum nampak di laporan keuangan perusahaan namun di dalam pengambilan keputusan manajer maupun para investor asset ini sangatlah relevan (terkait).
Sistem akuntansi di era informasi jangan hanya terpaku pada pola pengkodean yang mengikuti struktur organisasi fungsional hierarkhis, namun memungkinkan mengkuti pola organisasi jaringan, dan alat bantu yang dapat digunakan adalah Relational Data Base Management System (RDBMS), secara ideal sistem akuntansi ini diharapkan dapat menjaring data pada saat terjadi real time bukan sekedar data historis saja, sehingga praktik manufaktur sekarang sudah tidak mentoleransi sediaan barang dalam proses melalui JIT, CIM dan lain sebagainya.
Pada tingkat strategis, manajer puncak diharapkan dapat mengidentifikasi dan menjustifikasi industrinya di tempat berkompetisi saat ini maupun di masa datang, sehingga sistem akuntansi yang diterapkan di tingkat ini diharapkan mampu menjaring informasi yang menyangkut lingkungan IPOLEKSOSBUDTEK (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Teknologi).
Menurut Michael Porter menyangkut model struktur industri dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam menentukan kebutuhan informasi di tingkat strategis, yang dibagi dalam lima ( 5 ) elemen pokok, yaitu:
a. Ancaman pendatang baru.
b. Ancaman barang substitusi.
c. Bargaining power melawan supplier.
d. Bargaining power melawan customer.
e. Posisi dalam berkompetisi.
Meskipun tidak semua informasi yang ada dalam ke lima elemen tersebut dapat di jaring dan di pantau namun masih ada yanbg dapatditampung dalam sebuah sistem informasi. Untuk ilustrasi dapt diberikan contoh, sebagai berikut (untuk a dan b tidak perlu karena sudah jelas):
Bargaining power melawan supplier
• Jumlah / prosentase supplier menurut kelompok tertentu untuk x% penjualan.
• Konsentrasi industri perusahaan supplier.
Bargaining power melawan customer
• Jumlah / prosentase customer dalam x% penjualan.
• Konsentrasi industri customer.
Posisi dalam berkompetisi
• Prosentase penjualan produk baru.
• Jangka waktu rerata yang dibutuhkan untuk mengembangkan produk baru sampai dapat dipasarkan.
• Persepsi / penilaian pasar terhadap kualitas produk dibandingkan dengan produk kompetitor.
• Persepsi pasar terhadap jasa purna jual dibadingkan kompetitor.
Untuk itu, sistem akuntansi di era Informasi atau berbasis TI ini diharapkan untuk dirancang dapat memenuhi kebutuhan informasi perusahaan yang mencerminkan kondisi strategi dan visi manajemen puncak, serta terpadu atau terintegrasi dengan struktur, gaya maupun tujuan manajemen, sehingga dapat dikelola secara efektif dan terarah pada pembentukan perilaku personel yang menuju pada pemanfaatan teknologi untuk menghasilkan competitiveness (keunggulan berkompetisi).
(http://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi/2010/MANAJERIALSeptember2008/4%20 %20%20STMIK%20AMIKOM%20YOGYAKARTA%20-%20DAMPAK%20PERKEMBANGAN%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20DALAM%20PROFESI%20AKUNTAN%20DAN%20IMPLIKASINYA.pdf).
Saran adalah kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi pengaruh TI (Teknologi Industri) di dalam dunia akuntansi manajemen.
Informasi yang diukur dan disajikan dalam laporan keuangan pada dasarnya mengikuti pola kebutuhan inforasi pada era industri level p, dan p’ berupa aktiva, kewajiban, pendapatan, biaya dan laba, sehingga sistem akuntansi pun dirancang untuk menghasilkan informasi tersebut. Assets yang dicatat dan dilaporkan pada sebagaian besar adalah asset yang tangible (berwujud) yang sesuai dengan era industri, dalam neraca dapat dilihat unsure assetnya terdiri atas penyediaan, aktiva tetap yang berupa mesin – mesin, gedung dan peralatan, asset tersebut dicatat dengan dasar cost jadi lebih banyak dilihat dari sisi produksi bukan dari sisi nilainya yang mungkinlebih cocok menurut pandangan konsumen.
Prinsip pengakuan dalam akuntansi pada umumnya menggunakan terjadinya transaksi dengan pihak luar perusahaan, tanpa ada transaksi maka tak akan ada pencatatan (pendokumentasian), jadi akuntansi hanya mencatat dan melaporkan segala sesuatu atas dasar kejadian yang tetjadi pada masa lalu, struktur kode perkiraan dalam sistem akuntansi pada era industri biasanya dirancang dengan acuan struktur organisasi yang hierarkhis, sementara struktur kode tipikal pada umumnya mengikuti pola “semakin rinci sesuatu maka semakin kea rah kanan kodenya”. Struktur hierarkhis ini sangat memudahkan proses penyusunan laporan menurut tingkat organisasi dari yang terendah sampai yang tertinggi, sebenarnya pola struktur ini memaksakan pola organisasi fungsional hierarkhis yang tidak sesuai dengan organisasi jaringan pada era informasi, sementara data anggaran dan biaya terpaksa harus dicatat mengikuti struktur kode yang ada, sehingga tidak mungkin dilakukan penanganan secara efektif biaya yang
sifatnya cross – functional.
Pada prinsipnya, rancangan sistem akuntansi pada era industri mengacu pada pelaporan di tingkat tingkat p dan p’, sebagian besar hanya mengakui asset tangible, lebih menekankan aspek produksi, menunggu terjadinya transaksi atau event tertantu untuk melakukan pengakuan dan terpaku pada struktur organisasi hierarkhis fungsional. Rancangan system akuntansi pada era informasi sebaiknya lebih diarahkan pada informasi yang menunjukkan perubahan dalam sumber daya dan proses, system informasi yang demikian diperlukan para manajer karena mereka bertanggungjawab untuk mentransfer sumber daya melalui proses kegiatan, para manajer wajib mampu merencanakan dan mengendalikan system organisasi secara totalitas, yang mana pengukuran dan pelaporan kegiatan manajerial diarahkan pada tingkat w”.
Praktik dalam bisnis yang mengarahkan ke rancangan system yang demikian sudah sering didapatkan, misalnya dalam kontrak pengadaan dan di era informasi di definisikan: Tingkat penolakan material yang dapat ditoleransi pada bulan pertama pengadaan adalah 100 per 10.000 unit, untuk tiga bulan berikutnya 100 per 50.000 unit, dan sejak bulan ke lima sampai akhir tahun 100 per 100.000 unit.
Sumber daya dan kewajiban yang menjadi pusat perhatian dalam merancang system akuntansi di era informasi juga wajib diarahkan pada information based assets, assets demikian misalnya penelitian dan pengembangan, sumber daya insani, data dan kapasitas berinovas, di saat awal asset ini belum nampak di laporan keuangan perusahaan namun di dalam pengambilan keputusan manajer maupun para investor asset ini sangatlah relevan (terkait).
Sistem akuntansi di era informasi jangan hanya terpaku pada pola pengkodean yang mengikuti struktur organisasi fungsional hierarkhis, namun memungkinkan mengkuti pola organisasi jaringan, dan alat bantu yang dapat digunakan adalah Relational Data Base Management System (RDBMS), secara ideal sistem akuntansi ini diharapkan dapat menjaring data pada saat terjadi real time bukan sekedar data historis saja, sehingga praktik manufaktur sekarang sudah tidak mentoleransi sediaan barang dalam proses melalui JIT, CIM dan lain sebagainya.
Pada tingkat strategis, manajer puncak diharapkan dapat mengidentifikasi dan menjustifikasi industrinya di tempat berkompetisi saat ini maupun di masa datang, sehingga sistem akuntansi yang diterapkan di tingkat ini diharapkan mampu menjaring informasi yang menyangkut lingkungan IPOLEKSOSBUDTEK (Ideologi, Politik, Ekonomi, Sosial, Budaya dan Teknologi).
Menurut Michael Porter menyangkut model struktur industri dapat dimanfaatkan sebagai acuan dalam menentukan kebutuhan informasi di tingkat strategis, yang dibagi dalam lima ( 5 ) elemen pokok, yaitu:
a. Ancaman pendatang baru.
b. Ancaman barang substitusi.
c. Bargaining power melawan supplier.
d. Bargaining power melawan customer.
e. Posisi dalam berkompetisi.
Meskipun tidak semua informasi yang ada dalam ke lima elemen tersebut dapat di jaring dan di pantau namun masih ada yanbg dapatditampung dalam sebuah sistem informasi. Untuk ilustrasi dapt diberikan contoh, sebagai berikut (untuk a dan b tidak perlu karena sudah jelas):
Bargaining power melawan supplier
• Jumlah / prosentase supplier menurut kelompok tertentu untuk x% penjualan.
• Konsentrasi industri perusahaan supplier.
Bargaining power melawan customer
• Jumlah / prosentase customer dalam x% penjualan.
• Konsentrasi industri customer.
Posisi dalam berkompetisi
• Prosentase penjualan produk baru.
• Jangka waktu rerata yang dibutuhkan untuk mengembangkan produk baru sampai dapat dipasarkan.
• Persepsi / penilaian pasar terhadap kualitas produk dibandingkan dengan produk kompetitor.
• Persepsi pasar terhadap jasa purna jual dibadingkan kompetitor.
Untuk itu, sistem akuntansi di era Informasi atau berbasis TI ini diharapkan untuk dirancang dapat memenuhi kebutuhan informasi perusahaan yang mencerminkan kondisi strategi dan visi manajemen puncak, serta terpadu atau terintegrasi dengan struktur, gaya maupun tujuan manajemen, sehingga dapat dikelola secara efektif dan terarah pada pembentukan perilaku personel yang menuju pada pemanfaatan teknologi untuk menghasilkan competitiveness (keunggulan berkompetisi).
(http://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi/2010/MANAJERIALSeptember2008/4%20 %20%20STMIK%20AMIKOM%20YOGYAKARTA%20-%20DAMPAK%20PERKEMBANGAN%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20DALAM%20PROFESI%20AKUNTAN%20DAN%20IMPLIKASINYA.pdf).
Saran adalah kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi pengaruh TI (Teknologi Industri) di dalam dunia akuntansi manajemen.
Pengaruh TI Dalam Manajemen
Hampir semua orang (baca: organisasi/perusahaan) sedang mengalami diskontinuitas teknologi yang selalu terjadi setiap kali ada pergantian paradigma dalam penciptaan kesejahteraan, terlihat dari struktur organisasi yang umumnya berbentuk hierarkhis, dimana arus informasi yang bersifat formal lebih banyak vertikal, bukan horizontal, dengan demikian, organisasi cenderung terkotak kotak sehingga daya integrasinya lemah dan akibatnya daya tanggap terhadap perubahan lingkungan pun menjadi lamban.
Disadari atau tidak, daya tanggap yang lamban terhadap kebutuhan pasar dan persaingan dalam banyak organisasi, hanya diatasi dengan komunikasi informal yang kebanyakan tidak mengikuti jalur formal yang ada, kegiatan – kegiatan sosial yang dilakukan oleh personalia antar departemen, dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan terhadap komunikasi horinzontal antar departemen, sehingga manajemen cenderung locked to the best way of doing anything artinya penerapan manajemen ilmiah hanya diarahkan pada pencapaian target efisiensi tetentu, penerapan sistem biaya standar didasarkan pada tingkat efisiensi yang dinilai mencerminkan praktik terbaik, sedangkan penyimpangan yang ada selama masih dapat ditoleransi maka manajemen tidak perlu khawatir, akibatnya manajemen tidak perlu bekerja lebih baik.
Di era informasi organisasi / perusahaan cederung untuk tidak berbentuk hierarkhis, melainkan berupa jaringan (network), dalam bentuk organisasi demikian ini, batas – batas departmen tidak lagi menjadi kendala komunikasi horizontal, hubungan antar manajer bahkan antar staf manajemen diantara departemen funsional menjadi hubungan antar kolega, bukan lagi hubungan atasan – bawahan, akibatnya, komunikasi semakin lancar sehingga kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan semakin cepat, dan dengan penerapan.
Teknologi Informasi yang terecana maka komunikasi antar fungsi yang terjadi dalam organisasi dengan struktur jaringan ini dapat terlaksana. Esensi yang mendasari proses organisasi bisnis di era informasi adalah “tidak ada cara terbaik dalam melaksanakan sesuatu, tetapi selalu ada cara yang lebih baik” akibatnya manajemen akan
selalu berupaya untuk melaksanakan sesuatu secara lebih baik dan upaya ini dilaksanakan secara berkelanjutan (terus menerus), standar yang dikenal sekarang adalah standar dinamis artinya target efisiensi manajemen yang ingin dicapai selalu direvisi untuk menjadi lebih baik atau bersifat moving target.
(http://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi/2010/MANAJERIALSeptember2008/4%20 %20%20STMIK%20AMIKOM%20YOGYAKARTA%20-%20DAMPAK%20PERKEMBANGAN%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20DALAM%20PROFESI%20AKUNTAN%20DAN%20IMPLIKASINYA.pdf).
Saran adalah kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi pengaruh TI (Teknologi Industri) di dalam dunia manajemen.
Disadari atau tidak, daya tanggap yang lamban terhadap kebutuhan pasar dan persaingan dalam banyak organisasi, hanya diatasi dengan komunikasi informal yang kebanyakan tidak mengikuti jalur formal yang ada, kegiatan – kegiatan sosial yang dilakukan oleh personalia antar departemen, dirancang untuk mengakomodasi kebutuhan terhadap komunikasi horinzontal antar departemen, sehingga manajemen cenderung locked to the best way of doing anything artinya penerapan manajemen ilmiah hanya diarahkan pada pencapaian target efisiensi tetentu, penerapan sistem biaya standar didasarkan pada tingkat efisiensi yang dinilai mencerminkan praktik terbaik, sedangkan penyimpangan yang ada selama masih dapat ditoleransi maka manajemen tidak perlu khawatir, akibatnya manajemen tidak perlu bekerja lebih baik.
Di era informasi organisasi / perusahaan cederung untuk tidak berbentuk hierarkhis, melainkan berupa jaringan (network), dalam bentuk organisasi demikian ini, batas – batas departmen tidak lagi menjadi kendala komunikasi horizontal, hubungan antar manajer bahkan antar staf manajemen diantara departemen funsional menjadi hubungan antar kolega, bukan lagi hubungan atasan – bawahan, akibatnya, komunikasi semakin lancar sehingga kemampuan organisasi untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan semakin cepat, dan dengan penerapan.
Teknologi Informasi yang terecana maka komunikasi antar fungsi yang terjadi dalam organisasi dengan struktur jaringan ini dapat terlaksana. Esensi yang mendasari proses organisasi bisnis di era informasi adalah “tidak ada cara terbaik dalam melaksanakan sesuatu, tetapi selalu ada cara yang lebih baik” akibatnya manajemen akan
selalu berupaya untuk melaksanakan sesuatu secara lebih baik dan upaya ini dilaksanakan secara berkelanjutan (terus menerus), standar yang dikenal sekarang adalah standar dinamis artinya target efisiensi manajemen yang ingin dicapai selalu direvisi untuk menjadi lebih baik atau bersifat moving target.
(http://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi/2010/MANAJERIALSeptember2008/4%20 %20%20STMIK%20AMIKOM%20YOGYAKARTA%20-%20DAMPAK%20PERKEMBANGAN%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20DALAM%20PROFESI%20AKUNTAN%20DAN%20IMPLIKASINYA.pdf).
Saran adalah kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi pengaruh TI (Teknologi Industri) di dalam dunia manajemen.
Pengaruh IT Dalam Dunia Bisnis
Aspek ekonomi dan sosial tidak dapat dilepaskan dari informasi, sektor bisnis di era informasi dapat dibagi menjadi dua, yaitu sektor bisnis informasi primer yang terdiri atas perusahaan yang terutama bergerak dalam bidang produksi dan penggunaan informasi seperti perusahaan komputer, kantor pengacara, akuntan, uiversitas, penerbit. Dan yang kedua, sektor bisnis informasi sekunder merupakan sektor bisnis yang diisi oleh salah satu bagian dari perusahaan yang sebenarnya tidak bergerak dalam bisnis informasi, namun menghasilkan atau menggunakan informasi, misalnya bagian pemasaran, promosi, publikasi, promosi, keuangan, produksi, SDM dan lain sebagainya.
Pada perusahaan yang sukses umumnya memanfaatkan TI untuk berusaha semakin dekat dengan konsumen, dan.kemampuan TI untuk mendekatkan jarak dan waktu, sehingga semakin mendekatkan produk perusahaan pada konsumen, disamping itu TI juga digunakan dalam peningkatan kualitas produk dan manajemen perusahaan secara terus-menerus serta dalam proses re-deferensiasi produk untuk memenuhi kebutuhan segmen pasar tertentu bahkan individu tertentu, dan perusahaan yang tidak memanfaatkan TI hanya tinggal menunggu waktu untuk bangkrut.
Upaya yang harus dilakukan untuk setiap perusahaan di era informasi ini adalah mengarahkan pada peningkatan kualitas, pengurangan jenis produk atau penurunan siklus produksi, pemusatan pada upaya penciptaan nilai bagi pelanggan, globalisasi, atau mencari rekan baru untuk mengisi kekurangan dalam sumber daya teknologi atau manusia, karena ada dua faktor yang berpengaruh terhadap manajer saat ini, yaitu:
1. Kompleksitas bisnis yang semakin meningkat, yang disebabkan oleh:
- Pengaruh ekonomi internasional
- Kompetisi bisnis global
- Perkembangan dan pertumbuhan TI
- Pendayagunaan waktu
- Pertimbangan sosial
2. Kapasitas Teknologi Informasi
- Kapasitas pelayanan kebutuhan informasi
- Kapasitas interaksi dalam jaringan komunikasi
- Kapasitas kecepatan akses data / informasi
Penerapan Computer Assisted Manufacturing (CAM), Computer Integrated Manufacturing (CIM), Computer Aided Design (CAD), Just in Time (JIT) menggambarkan pemanfaatan TI bagi setiap perusahaan dalam kompetisi bisnis di era informasi melalui upaya untuk mengubah struktur industri, atau upaya untuk mengubah
cara berkompetisi dalam industri., sehingga membawa dampak terhadap pola pengelolaan perusahaan secara totalitas.
(http://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi/2010/MANAJERIALSeptember2008/4%20 %20%20STMIK%20AMIKOM%20YOGYAKARTA%20-%20DAMPAK%20PERKEMBANGAN%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20DALAM%20PROFESI%20AKUNTAN%20DAN%20IMPLIKASINYA.pdf).
Saran adalah kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi pengaruh TI (Teknologi Industri) di dalam dunia bisnis.
Pada perusahaan yang sukses umumnya memanfaatkan TI untuk berusaha semakin dekat dengan konsumen, dan.kemampuan TI untuk mendekatkan jarak dan waktu, sehingga semakin mendekatkan produk perusahaan pada konsumen, disamping itu TI juga digunakan dalam peningkatan kualitas produk dan manajemen perusahaan secara terus-menerus serta dalam proses re-deferensiasi produk untuk memenuhi kebutuhan segmen pasar tertentu bahkan individu tertentu, dan perusahaan yang tidak memanfaatkan TI hanya tinggal menunggu waktu untuk bangkrut.
Upaya yang harus dilakukan untuk setiap perusahaan di era informasi ini adalah mengarahkan pada peningkatan kualitas, pengurangan jenis produk atau penurunan siklus produksi, pemusatan pada upaya penciptaan nilai bagi pelanggan, globalisasi, atau mencari rekan baru untuk mengisi kekurangan dalam sumber daya teknologi atau manusia, karena ada dua faktor yang berpengaruh terhadap manajer saat ini, yaitu:
1. Kompleksitas bisnis yang semakin meningkat, yang disebabkan oleh:
- Pengaruh ekonomi internasional
- Kompetisi bisnis global
- Perkembangan dan pertumbuhan TI
- Pendayagunaan waktu
- Pertimbangan sosial
2. Kapasitas Teknologi Informasi
- Kapasitas pelayanan kebutuhan informasi
- Kapasitas interaksi dalam jaringan komunikasi
- Kapasitas kecepatan akses data / informasi
Penerapan Computer Assisted Manufacturing (CAM), Computer Integrated Manufacturing (CIM), Computer Aided Design (CAD), Just in Time (JIT) menggambarkan pemanfaatan TI bagi setiap perusahaan dalam kompetisi bisnis di era informasi melalui upaya untuk mengubah struktur industri, atau upaya untuk mengubah
cara berkompetisi dalam industri., sehingga membawa dampak terhadap pola pengelolaan perusahaan secara totalitas.
(http://p3m.amikom.ac.id/p3m/dasi/2010/MANAJERIALSeptember2008/4%20 %20%20STMIK%20AMIKOM%20YOGYAKARTA%20-%20DAMPAK%20PERKEMBANGAN%20TEKNOLOGI%20INFORMASI%20DALAM%20PROFESI%20AKUNTAN%20DAN%20IMPLIKASINYA.pdf).
Saran adalah kita dapat mengetahui apa saja yang menjadi pengaruh TI (Teknologi Industri) di dalam dunia bisnis.
Perkembangan Teknologi Komunikasi
Written by Rini Ida N, ST, M.MT Wednesday, 07 January 2009 12:38
Saat ini kebutuhan akan teknologi, baik itu teknologi informasi maupun telekomunikasi sangat tinggi dari mulai golongan menengah kebawah dan golongan menengah ke atas. Semua individu sangat membutuhkan teknologi untuk mempercepat perkembangan atau meningkatkan pembangunan baik pembangunan individu maupun kelompok.Perkembangan teknologi yang saat ini sangat cepat adalah teknologi telekomunikasi, yang menghadirkan beragam pilihan bentuk teknologi dan kecanggihannya. Saat ini terjadi persaingan yang ketat antara 2 teknologi komunikasi yaitu selular dan FWA (fixed Wireless Access).Adapun perkembangan teknologi komunikasi terutama teknologi selular sudah di mulai sejak pertengahan tahun 90 an dengan mengusung teknologi 1G (Generasi Pertama) dengan menggunakan teknologi AMPS (Advance Mobile Phone System). Dimana teknologi AMPS ini pertama kali dipergunakan oleh pihak militer di Amerika Serikat.
Dalam kurun waktu 10 tahun sejak lahirnya AMPS suda terjadi perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai penemuan atau inovasi teknologi komunikasi dan , akhir tahun 90 an muncullah teknologi 2G (Generasi Kedua). perbedaan utama dari teknologi G1 dan G2 adalah g1 masih menggunakan sistem Analog sedangkan G2 sudah menggunakan sistem Digital. Teknologi 2G dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu TDMA (time division multiple access) dan CDMA (code division multiple access). TDMA sendiri berkembang ke dalam beberapa versi, yaitu GSM di Eropa, IDEN di Amerika, PDC di Jepang. Sedangkan CDMA berkembang pesat di AS dan Kanada. Kemampuan mencolok teknologi 2G adalah tidak hanya dapat digunakan untuk telpon,(voice) tetapi juga untuk mengirim SMS (Short Message Service) yaitu mengirim pesan singkat dengan menggunakan text.Dengan adanya kehadiran teknologi generasi kedua, maka muncullah telnologi selular yg baru yaitu, GSM (Global System for Mobile communications) Suatu sistim komunikasi wireless 2G. Frekuensi yang dapat digunakan dalam GSM adalah 850Mhz, 900Mhz, 1800Mhz dan 1900Mhz. Generasi selular kedua yang mempebaharui generasi pertama dalam bidang teknologinya yaitu digital, yang pada teori dasarnya merupakan pembaharukan dalam bidang transfer data, contohnya adalah GSM (menggunakan protokol CSD, HSCSD, GPRS dan EDGE) dan cdmaOne.Dengan adanya teknologi Generasi Kedua ini membuat perkembangan teknologi semakin cepat dengan menghadirkan berbagi kelebihan/fitur yang ditawarkan teknologi generasi kedua ini selain mengirim SMS dan voice. Tapi semua kelebihan ini juga masih belum memuaskan para ahli untuk mengembangkan teknologi yang lebih bagus dengan segala kelebihannya dri teknologi terdahulu (generasi pertama dan kedua).
Maka awal tahun 2000 an muncullah teknologi generasi 2.5 (2.5 G) yang mempunyai kemampuan transfer data yang lebih cepat. Yang terkenal dari generasi ini adalah GPRS (General Packet Radio Service) dan EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution) Suatu protokol yang mengatur cara kerja transfer data pada sistim wireless GSM. Dalam teorinya kecepatan transfer data EDGE dapat mencapai 384 Kbps. Teknologi 2G ada perbaikan cukup signifikan, sehingga muncullah variannya, yaitu 2.5G dan 2.75G. Varian ini tidak dibuat oleh konsorsium, tetapi sebagai strategi pemasaran oleh beberapa pabrik ponsel. Ciri khas teknologi 2.5G (generasi dua setengah) adalah teknologi GPRS (global package radio service) yang dapat digunakan untuk berkirim data dalam jumlah besar, tidak seperti SMS yang hanya dapat mengirim dan menerima alfa numerik saja. Generasi 2.5G ini ada juga yang menamakannya dengan generasi 2.75G, karena lebih dekat dengan teknologi 3G. Teknologi 2.5G (atau 2.75G) ini, di sistem GSM disebut sistem EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution) sedang pada sistem CDMA disebut dengan CDMA 2000 1x. Keduanya memiliki kecepatan transfer data mendekati 144KB/detik. Evolusi dan perkembangan teknologi komunikasi ini tidak berhenti sampai disini, Negara-negara besar di Dunia baik itu Eropa, Asia & Amerika secara berlomba-lomba mengembangkan inovasi dan penelitian untuk menghadirkan teknologi yang mutakhir. Setelah adanya teknologi Generasi Pertama, Kedua dan teknologi 2.5 G, maka disusul kemudian dengan Generasi Ketiga (3G) yang menawarkan kelebihan yg lebih baik lagi baik dari segi kemampuan fitur dan Transfer Data dengan memiliki kecepatan Transfer data lebih cepat dari sebelumnya dalam menghadirkan layanan yang sangat dibutuhkan oleh pelanggan.
Keuntungan-Keuntungan
Akses jaringan berpita lebar memang jadi impian bagi pengguna teknologi yang hobi Internet, transfer data, dan multimedia. Kini konsumen sudah bisa menikmati akses Internet pita-lebar nirkabel di ponsel tanpa harus repot-repot mencari hotspot–sentra akses wireless fidelity (Wi-Fi) yang tak selalu gampang ditemukan. Kini Andalah yang jadi hotspot-nya.Semua itu berkat teknologi evolution data optimized (EV-DO), evolusi teranyar dari teknologi seluler CDMA2000 1x. Layanan multimedia, seperti video streaming, video sharing, tele-conference, hingga mobile TV, akan dapat dinikmati dengan mudah di ponsel–semudah menggunakannya di laptop.Sejak versi Rilis-0 dengan kecepatan data maksimum 2.400 kilobita per detik (kbps), generasi ketiga dari jalur CDMA ini berkembang dengan cepat. EV-DO Revisi-A, misalnya, memiliki kecepatan maksimal 3.100 kbps dan EV-DO Revisi-B memiliki kecepatan maksimum mencapai 46 ribu kbps alias 46 megapita per detik!Bandingkan dengan generasi teranyar jalur GSM: 3G W-CDMA/UMTS, hanya memiliki kecepatan maksimum 2.000 kbps, dan 3,5G high-speed downlink packet access (HSDPA) memiliki kecepatan maksimum 14.400 kbps.
(http://ft.wisnuwardhana.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2:perkembangan-teknologi-komunikasi&catid=1:artikel&Itemid=7).
Saran adalah kita dapat mengetahui perkembangan teknologi di bidang komunikasi baik untuk menambah ilmu pengetahuan.
Saat ini kebutuhan akan teknologi, baik itu teknologi informasi maupun telekomunikasi sangat tinggi dari mulai golongan menengah kebawah dan golongan menengah ke atas. Semua individu sangat membutuhkan teknologi untuk mempercepat perkembangan atau meningkatkan pembangunan baik pembangunan individu maupun kelompok.Perkembangan teknologi yang saat ini sangat cepat adalah teknologi telekomunikasi, yang menghadirkan beragam pilihan bentuk teknologi dan kecanggihannya. Saat ini terjadi persaingan yang ketat antara 2 teknologi komunikasi yaitu selular dan FWA (fixed Wireless Access).Adapun perkembangan teknologi komunikasi terutama teknologi selular sudah di mulai sejak pertengahan tahun 90 an dengan mengusung teknologi 1G (Generasi Pertama) dengan menggunakan teknologi AMPS (Advance Mobile Phone System). Dimana teknologi AMPS ini pertama kali dipergunakan oleh pihak militer di Amerika Serikat.
Dalam kurun waktu 10 tahun sejak lahirnya AMPS suda terjadi perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai penemuan atau inovasi teknologi komunikasi dan , akhir tahun 90 an muncullah teknologi 2G (Generasi Kedua). perbedaan utama dari teknologi G1 dan G2 adalah g1 masih menggunakan sistem Analog sedangkan G2 sudah menggunakan sistem Digital. Teknologi 2G dapat dibagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu TDMA (time division multiple access) dan CDMA (code division multiple access). TDMA sendiri berkembang ke dalam beberapa versi, yaitu GSM di Eropa, IDEN di Amerika, PDC di Jepang. Sedangkan CDMA berkembang pesat di AS dan Kanada. Kemampuan mencolok teknologi 2G adalah tidak hanya dapat digunakan untuk telpon,(voice) tetapi juga untuk mengirim SMS (Short Message Service) yaitu mengirim pesan singkat dengan menggunakan text.Dengan adanya kehadiran teknologi generasi kedua, maka muncullah telnologi selular yg baru yaitu, GSM (Global System for Mobile communications) Suatu sistim komunikasi wireless 2G. Frekuensi yang dapat digunakan dalam GSM adalah 850Mhz, 900Mhz, 1800Mhz dan 1900Mhz. Generasi selular kedua yang mempebaharui generasi pertama dalam bidang teknologinya yaitu digital, yang pada teori dasarnya merupakan pembaharukan dalam bidang transfer data, contohnya adalah GSM (menggunakan protokol CSD, HSCSD, GPRS dan EDGE) dan cdmaOne.Dengan adanya teknologi Generasi Kedua ini membuat perkembangan teknologi semakin cepat dengan menghadirkan berbagi kelebihan/fitur yang ditawarkan teknologi generasi kedua ini selain mengirim SMS dan voice. Tapi semua kelebihan ini juga masih belum memuaskan para ahli untuk mengembangkan teknologi yang lebih bagus dengan segala kelebihannya dri teknologi terdahulu (generasi pertama dan kedua).
Maka awal tahun 2000 an muncullah teknologi generasi 2.5 (2.5 G) yang mempunyai kemampuan transfer data yang lebih cepat. Yang terkenal dari generasi ini adalah GPRS (General Packet Radio Service) dan EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution) Suatu protokol yang mengatur cara kerja transfer data pada sistim wireless GSM. Dalam teorinya kecepatan transfer data EDGE dapat mencapai 384 Kbps. Teknologi 2G ada perbaikan cukup signifikan, sehingga muncullah variannya, yaitu 2.5G dan 2.75G. Varian ini tidak dibuat oleh konsorsium, tetapi sebagai strategi pemasaran oleh beberapa pabrik ponsel. Ciri khas teknologi 2.5G (generasi dua setengah) adalah teknologi GPRS (global package radio service) yang dapat digunakan untuk berkirim data dalam jumlah besar, tidak seperti SMS yang hanya dapat mengirim dan menerima alfa numerik saja. Generasi 2.5G ini ada juga yang menamakannya dengan generasi 2.75G, karena lebih dekat dengan teknologi 3G. Teknologi 2.5G (atau 2.75G) ini, di sistem GSM disebut sistem EDGE (Enhanced Data rates for GSM Evolution) sedang pada sistem CDMA disebut dengan CDMA 2000 1x. Keduanya memiliki kecepatan transfer data mendekati 144KB/detik. Evolusi dan perkembangan teknologi komunikasi ini tidak berhenti sampai disini, Negara-negara besar di Dunia baik itu Eropa, Asia & Amerika secara berlomba-lomba mengembangkan inovasi dan penelitian untuk menghadirkan teknologi yang mutakhir. Setelah adanya teknologi Generasi Pertama, Kedua dan teknologi 2.5 G, maka disusul kemudian dengan Generasi Ketiga (3G) yang menawarkan kelebihan yg lebih baik lagi baik dari segi kemampuan fitur dan Transfer Data dengan memiliki kecepatan Transfer data lebih cepat dari sebelumnya dalam menghadirkan layanan yang sangat dibutuhkan oleh pelanggan.
Keuntungan-Keuntungan
Akses jaringan berpita lebar memang jadi impian bagi pengguna teknologi yang hobi Internet, transfer data, dan multimedia. Kini konsumen sudah bisa menikmati akses Internet pita-lebar nirkabel di ponsel tanpa harus repot-repot mencari hotspot–sentra akses wireless fidelity (Wi-Fi) yang tak selalu gampang ditemukan. Kini Andalah yang jadi hotspot-nya.Semua itu berkat teknologi evolution data optimized (EV-DO), evolusi teranyar dari teknologi seluler CDMA2000 1x. Layanan multimedia, seperti video streaming, video sharing, tele-conference, hingga mobile TV, akan dapat dinikmati dengan mudah di ponsel–semudah menggunakannya di laptop.Sejak versi Rilis-0 dengan kecepatan data maksimum 2.400 kilobita per detik (kbps), generasi ketiga dari jalur CDMA ini berkembang dengan cepat. EV-DO Revisi-A, misalnya, memiliki kecepatan maksimal 3.100 kbps dan EV-DO Revisi-B memiliki kecepatan maksimum mencapai 46 ribu kbps alias 46 megapita per detik!Bandingkan dengan generasi teranyar jalur GSM: 3G W-CDMA/UMTS, hanya memiliki kecepatan maksimum 2.000 kbps, dan 3,5G high-speed downlink packet access (HSDPA) memiliki kecepatan maksimum 14.400 kbps.
(http://ft.wisnuwardhana.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2:perkembangan-teknologi-komunikasi&catid=1:artikel&Itemid=7).
Saran adalah kita dapat mengetahui perkembangan teknologi di bidang komunikasi baik untuk menambah ilmu pengetahuan.
ERGONOMI Di Pusat Kesehatan Kerja Departemen Kesehatan RI
Pendahuluan :
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik
bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”. Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
- Tehnik.
- Fisik.
- Pengalaman psikis.
- Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian.
- Anthropometri.
- Sosiologi.
- Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot.
- Desain, dll.
Pelatihan Ergonomi
Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.
Metode Ergonomi
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
Aplikasi/penerapan Ergonomik:
1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada
dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
a. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:
- Laki-laki dewasa 40 kg.
- Wanita dewasa 15-20 kg.
- Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg.
- Wanita (16-18 th) 12-15 kg.
b. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun.
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi.
- Jarak mengangkat beban dikurangi.
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
c. Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung.
- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
o Posisi kaki yang benar.
o Punggung kuat dan kekar.
o Posisi lengan dekat dengan tubuh.
o Mengangkat dengan benar.
o Menggunakan berat badan.
d. Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.
Kelelahan/Fatique
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
4. Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal dibawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
• Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising.
• Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang.
• Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
• Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
• Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan.
• Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.
• Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
• Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
• Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
- Pekerja remaja.
- Wanita hamil dan menyusui.
- Pekerja yang telah berumur.
- Pekerja shift.
- Migrant.
• Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.
Penutup :
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dansejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan,kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.
(http://www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF).
Saran adalah kita jadi mengetahui ilmu ergonomi seperti apa saja yang di butuhkan di pusat kesehatan departemen kesehatan RI.
Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang mungkin timbul. Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang mempengaruhi kehidupan para pekerja. Pelbagai risiko tersebut adalah kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.
Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia ialah untuk menurunkan stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu, cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia. Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik
bagi pekerja dan lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain meningkatkan produktivitasnya”. Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi :
- Tehnik.
- Fisik.
- Pengalaman psikis.
- Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan persendian.
- Anthropometri.
- Sosiologi.
- Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take, pols, dan aktivitas otot.
- Desain, dll.
Pelatihan Ergonomi
Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.
Metode Ergonomi
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang sederhana sampai kompleks.
2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi fisik pekerja.
3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku, keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.
Aplikasi/penerapan Ergonomik:
1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja. Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan tertumpu secara seimbang pada
dua kaki.
2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran anthropometri barat dan timur.
3. Tata letak tempat kerja
Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-kata.
4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu, tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.
a. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sebagai berikut:
- Laki-laki dewasa 40 kg.
- Wanita dewasa 15-20 kg.
- Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg.
- Wanita (16-18 th) 12-15 kg.
b. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
- Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun.
- Frekuensi pergerakan diminimalisasi.
- Jarak mengangkat beban dikurangi.
- Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat tidak terlalu tinggi.
- Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.
c. Metode mengangkat beban
Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetik dari pedoman penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
- Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung.
- Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :
o Posisi kaki yang benar.
o Punggung kuat dan kekar.
o Posisi lengan dekat dengan tubuh.
o Mengangkat dengan benar.
o Menggunakan berat badan.
d. Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
- Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya.
- Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya dan mendeteksi bila ada kelainan.
- Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada wanita muda dan yang sudah berumur.
Kelelahan/Fatique
Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa ahli membedakan/membaginya sebagai berikut :
1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.
2. Kelelahan yang patologis
Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba dan berat gejalanya.
3. Psikologis dan emotional fatique
Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis “mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik. Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di tempat kerja.
4. Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal dibawah ini akan mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
• Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus memadai dan tidak ada gangguan bising.
• Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup saat makan siang.
• Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
• Tempo kegiatan tidak harus terus menerus.
• Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau memungkinkan.
• Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat kerja.
• Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
• Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
• Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
- Pekerja remaja.
- Wanita hamil dan menyusui.
- Pekerja yang telah berumur.
- Pekerja shift.
- Migrant.
• Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau zat addiktif lainnya perlu diawasi.
Pemeriksaan kelelahan :
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan mempercepat terjadinya kelelahan.
Penutup :
Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dansejahtera. Untuk dapat mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan,kemampuan dan kerjasama yang baik dari semua pihak. Pihak pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan sebagai lembaga yang bertanggungjawab terhadap kesehatan masyarakat, membuat berbagai peraturan, petunjuk teknis dan pedoman K3 di Tempat Kerja serta menjalin kerjasama lintas program maupun lintas sektor terkait dalam pembinaannya.
(http://www.depkes.go.id/downloads/Ergonomi.PDF).
Saran adalah kita jadi mengetahui ilmu ergonomi seperti apa saja yang di butuhkan di pusat kesehatan departemen kesehatan RI.
Perkembangan Teknologi TTS Dari Masa ke Masa
Penelitian di bidang pensintesa ucapan mengalami perjalanan yang sangat panjang dan telah dimulai sejak lama. Salah satu catatan literatur awal yang berhubungan dengan sintesa ucapan adalah pernyataan seorang ahli matematika dan engineer terkenal yang bernama Leonhard Euler pada tahun 1761. Euler menyatakan “It would be a considerable invention indeed, that of a machine able to mimic speech, with its sounds and articulations. I think it is not imposible”.
Berdasarkan hasil studi literatur dari berbagai sumber bacaan, perkembangan teknologi pensintesa ucapan dapat dibagi menjadi tiga kurun waktu. Kurun waktu pertama adalah sebelum 1930. Pada masa ini penelitian-penelitian lebih banyak ditujukan untuk memahami karakteristik sinyal ucapan serta pengembangan pensintesa ucapan berbasis mekanik atau elektromekanik. Kurun waktu kedua dimulai sejak tahun 1930-an sampai dengan ditemukannya komputer digital. Masa ini ditandai dengan pengembangan
berbagai alat pensintesa ucapan menggunakan teknologi elektronik analog. Kurun waktu
ketiga dimulai sejak ditemukannya komputer digital hingga sekarang. Pada masa ini, sintesa ucapan dilakukan menggunakan pendekatan-pendekatan pemrosesan sinyal digital.
Kurun Waktu Pertama
Penelitian tentang ucapan dimulai dengan penelitian-penelitian untuk melakukan pemahaman tentang sinyal ucapan. Pada tahun 1779, Imperial Academy of St. Petersburg
menyelenggarakan suatu kompetisi dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal berikut
[Pel93].
1. “What is the nature and character of the sounds of the vowels a, e, i, o, u that make
them different from one another ?”
2. “Can an instrument be constructed like the vox humana pipes of an organ, which
shall accurate express the sounds of the vowels ?”
Seorang peneliti dari Rusia yang bernama Christian Gottlieb Kratzenstein memenangkan kompetisi tersebut dengan membuat satu set resonator akustik yang mensimulasikan mulut manusia. Resonator Kratzenstein terdiri dari 5 bentuk tabung, masing-masing untuk mensimulasikan satu bunyi vokal.
Robert Willis, pada tahun 1829 melakukan penelitian yang berhasil memperlihatkan bahwa sintesa ucapan yang dihasilkan oleh Kratzenstein dapat pula dicapai dengan hasil yang sama menggunakan tabung tunggal yang dapat diatur panjangnya. Selama dua dekade, antara tahun 1769 sampai dengan 1790, Wolfgang Ritter von Kempelen telah menghasilkan speaking machine yang lengkap. Pada prakteknya, Wolfgang telah membuat 3 model yang berbeda, semuanya dioperasikan dengan tangan.
Penemuannya dipublikasikan dalam bentuk buku pada tahun 1791. Wolfgang von Kempelen berpendapat bahwa untuk membuat mesin yang dapat berbicara, pertama-tama harus dapat menghasilkan suara vokal. Wolfgang mulai dengan mencari sumber bunyi yang sesuai, yaitu suatu substitusi mekanik dari suara vokal. Dia mencoba menggunakan reed bergetar yang biasa digunakan dalam instrumen musik, walaupun hasilnya kurang memuaskan. Suara dari reed disalurkan melalui suatu alat berbentuk bel yang dilengkapi baffle pada mulut yang dapat digerakan untuk menghasilkan bunyi vokal yang berbeda. Tidak puas dengan hasil percobaannya yang pertama, von Kempelen menggunakan tangannya untuk menggantikan baffle. Meskipun hasilnya menjadi lebih baik, tetapi suara yang dihasilkan masih belum memuaskan.
Model yang kedua dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan perlunya beberapa
resonansi pada beberapa frekuensi yang berbeda untuk mencapai berbagai suara berlainan
yang diinginkan. Versi ini bersifat modular, berupa tiga belas buah resonator yang masing-masing dilengkapi dengan reed dan bersifat dapat dibongkar pasang, sehingga
dapat saling dipertukarkan. Gambar 2.2 memperlihatkan model tersebut.
Dengan mesin tersebut, von Kempelen mengklaim bahwa dia telah mampu menghasilkan suara vokal a, o dan u serta suara p, m dan l yang dapat diterima. Secara monotonik, mesin buatannya dapat mengucapkan suara seperti “mama” dan “papa”, tetapi masih menghadapi dua masalah utama. Pertama, suara vokal yang dihasilkan mengandung bunyi yang sifatnya eksplosif yang mirip bunyi “k”. Masalah lain yang dihadapi adalah transisi antara dua bunyi yang berdekatan yang tidak smooth seperti suara alami. Satu bunyi dengan bunyi berikutnya masih terasa sebagai dua bunyi yang terpisah. Untuk mengatasi masalah tersebut, dia menambahkan kulit halus pada reed, juga menggunakan reed tunggal sebagai pengganti dari sejumlah reed yang sebelumnya digunakan pada setiap resonator.
Mesin ketiga buatan von Kempelen secara fisik sangat berbeda dari mesin-mesin
sebelumnya (lihat Gambar 2.3). Paru-paru disimulasikan dengan pompa yang digerakan
dengan bahu yang secara kontinyu dapat menghembuskan udara. Vokal dapat dihasilkan
dengan cara menutup “nostrils” mesin tersebut dengan tangan kanan sambil menghembuskan udara dari simulator paru-paru. Sementara itu, tangan kiri harus mengatur resonansi melalui alat berbentuk bel. Hanya orang yang terlatih memainkannya
yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi yang diharapkan. Suara seperti F, H, V, W dan
beberapa lainnya adalah suara-suara yang juga dapat dihasilkan dengan mesin tersebut.
Wolfgang mengklaim bahwa mesin ketiga buatannya dapat menghasilkan semua suara
vokal serta sembilan belas konsonan. Meskipun mesin tersebut memiliki kapasitas
menghasilkan udara sekitar enam kali lebih besar dari kapasitas paru-paru manusia, tetapi
mesin ini hanya mampu mengucapkan kalimat yang pendek sebelum kehabisan udara.
Pada tahun 1791 von Kempelen mempublikasikan hasil penelitiannya dalam bahasa
Jerman dan Perancis dengan judul “Mechanismus der menschlichen Sprache nebst der
Berschreibung seimer sprechenden Maschine”.
Di Perancis, pada waktu yang hampir bersamaan dengan von Kempelen, Abbe’ Mical mengembangkan mesin lain yang dikenal sebagai “two talking head”. Mesin ini terdiri dari dua silinder yang mirip dengan silinder yang biasa kita lihat pada instrumen musik. Satu silinder disediakan untuk memainkan sejumlah ucapan tertentu dengan prosody-nya. Silinder lainnya digunakan untuk menghasilkan semua bunyi dalam bahasa Perancis. Tidak diketahui dengan pasti otentikasi mesin buatannya tersebut.
Hermann Helmholtz, seorang perintis peneliti akustik, pada pertengahan abad ke-19 membuat perangkat elektro-mekanik yang terdiri dari sejumlah garpu yang dapat ditala, kumparan elektrik, dan sejumlah resonator yang dapat mensintesa suara komposit yang sangat mirip suara vokal manusia. Perangkat ini mungkin tidak memperlihatkan hubungan langsung dengan berbagai penemuan alat-alat lainnya yang berhubungan dengan aplikasi suara, tetapi keberadaan mesin tersebut memberikan ilham bagi Alexander Graham Bell yang menghasilkan beberapa penemuan di bidang aplikasi mesin
yang berhubungan dengan suara manusia. Pada saat yang bersamaan juga, Hermmann
Helmholtz telah melakukan berbagai penelitian yang memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang akustik.
Peranan Sir Charles Wheatstone yang lebih dikenal dengan “Jembatan Wheatstone”-nya tidak dapat diabaikan dalam perkembangan alat pensintesa ucapan manusia. Wheatstone tumbuh sambil membantu bisnis penjualan perangkat musik keluarganya di London.
Tahun 1821, pada usia sembilan belas tahun ia mendemonstrasikan alat ciptaannya yang dapat menggetarkan batang logam yang dieksitasi oleh suatu sumber yang vibrasinya dirambatkan melalui konduktor yang padat. Pada tahun 1835, Wheatstone mendemonstrasikan ciptaannya kepada Dublin Association.
Alexander Graham Bell yang lahir di Edinburg pada tahun 1846 dikenal sebagai penemu telepon. Berdasarkan buku yang ditulis oleh Kempelen, Bell beserta dua saudaranya (Melly dan Ted) pernah melakukan pengembangan mesin yang dapat menirukan ucapan-ucapan manusia. Pengembangan tersebut dilakukan di Edinburg sekitar tahun 1863. Pada usia 19 tahun, Bell mencoba mengulangi penelitian akustik Helmholtz. Bell mengira bahwa garpu tala dapat mentransmisikan bunyi vokal secara elektrik. Untuk memperbaiki kesalahan dugaan tersebut, akhirnya dia menemukan suatu keyakinan bahwa suara apapun dapat ditransmisikan secara elektrik. Pada akhirnya, Bell berhasil menemukan telepon.
Pada awal tahun 1990-an, J. L. Flanagan melaporkan hasil kerjanya yang merupakan kelanjutan dari pemikiran Helmholtz dan menguji berbagai alat yang dapat melakukan sintesa suara vokal. Penelitian ini meliputi penggunaan pipa organ, multiple sirens, garpu vibrasi yang dapat ditala, serta ide R. R. Riesz yang pada tahun 1937 mengusulkan alat bicara mekanik yang dapat dioperasikan dengan jari-jari tangan.
Kurun Waktu Kedua
Sejak 1930 para peneliti mulai menggunakan model elektrik untuk analisis dan
menirukan ucapan. Pensintesa elektrik pertama yang berfungsi untuk menghasilkan ucapan adalah Dudley’s voder. VODER (Voice Operated DEmonstratoR) dikembangkan
oleh Bell Laboratories. VODER merupakan sistem elektronik analog yang mensimulasikan bagian-bagian alat ucap manusia. VODER pertama kali diperkenalkan
kepada publik dalam suatu pameran di New York pada tahun 1939. Pada saat tersebut
berhasil didemonstrasikan bagaimana manusia dapat berdialog dengan mesin VODER
yang dimainkan oleh seorang operator.
Suara bersumber dari dua buah sumber bunyi, yaitu : noise dan osilator.
Sumber noise disediakan untuk mensintesa ucapan yang menyerupai noise, sedangkan
osilator untuk ucapan lainnya. Frekuensi osilator dikendalikan oleh pedal. Frekuensi yang
dihasilkan akan menentukan pitch dari bagian ucapan yang dihasilkan. Sumber yang
dihasilkan akan dilewatkan pada sepuluh bandpass filter yang dihubungkan secara paralel
dan masing-masing frekuensinya dapat diatur. Tiga pengatur lainnya disediakan untuk
mengatur proses transien, yaitu untuk reproduksi konsonan stop, yaitu t, d, p, b, k, g.
Mesin ini berhasil membangkitkan suara yang intelligible. Mesin ini harus dimainkan
oleh seorang operator yang sangat terlatih.
Kurun Waktu Ketiga
Selama 50 tahunan, teknologi pensintesa ucapan mengalami banyak perubahan.
Penemuan komputer digital telah memungkinkan untuk melakukan simulasi sebelum
melakukan pengembangan perangkat keras. Sekitar tahun 1960-an, teknik analisis dan
sintesa ucapan terbagi menjadi dua paradigma. Pendekatan pertama disebut articulatory
synthesis. Dalam pendekatan ini, mekanisme produksi ucapan dimodelkan secara
fisiologi dengan cukup rinci. Pendekatan lainnya disebut terminal-analogue synthesis.
Pada pendekatan kedua ini, ucapan dimodelkan dengan model apapun. Orientasinya lebih
ditekankan pada usaha untuk memodelkan sinyal ucapan, bukan pada bagaimana cara
membangkitkannya.
Sebelum adanya komputer digital, sebenarnya belum ada sistem seperti yang sekarang kita kenal sebagai sistem TTS. Pengembangan yang ada saat itu hanya terbatas pada bagian untuk membangkitkan atau mensintesa ucapannya saja. TTS yang melakukan konversi secara otomatis dari mulai teks berkembang setelah adanya komputer digital. Pada tahun 1931, perusahaan Audichron membuat mesin pertama yang secara otomatis dapat mengucapkan waktu dan temperatur melalui saluran telpon. Sejak itu, banyak dikembangkan perangkat elektrik yang berhubungan dengan aplikasi ucapan, diantaranya adalah spektograf suara yang dapat menampilkan pola ucapan pada layar CRT. Salah satu sistem komersial yang menerapkan teknologi komputer digital untuk aplikasi pemrosesan ucapan adalah IBM 7770 Audio Response Unit yang menggunakan drum berputar untuk menyimpan data-data ucapan. Pada awal tahun 1980-an berkembang
beberapa sistem lainnya yang menggunakan komputer mainframe atau komputer mini.
Dengan sistem ini, sejumlah institusi finansial saat itu dapat memberikan layanan sistem otomatis melalui pesawat telpon. Keadaan tersebut berubah semakin cepat setelah
teknologi IC serta komputer mikro berkembang dengan pesat. Berkembangnya komputer digital tidak hanya menyebabkan berkembangnya sistem TTS, tetapi juga melahirkan alternatif-alternatif baru untuk mengimplementasikan bagian pembangkit ucapannya. Pada era komputer digital, pembangkitan ucapan dilakukan menggunakan algoritma-algoritma pemrosesan sinyal digital yang diimplementasikan menggunakan perangkat lunak. Bentuk pensintesa digital yang berkembang pada awalnya adalah pensintesa yang dikenal dengan istilah formant synthesizer, bekerja dengan cara mensimulasikan komponenkomponen frekuensi utama pembentuk ucapan yang disebut formant. Salah satu pensintesa ucapan jenis ini yang populer dan banyak digunakan pada berbagai aplikasi adalah cascade-parallel formant synthesizer yang pertama kali diusulkan oleh Dennis Klatt pada tahun 1990. Synthesizer tersebut merupakan pengembangan dari generasi sebelumnya yang juga dirancang oleh Klatt pada tahun 1980. Pensintesa formant tidak dapat menghasilkan suara dengan tingkat kealamian yang tinggi, sehingga perkembangan TTS mengarah pada pencarian alternatif untuk mencari pendekatan yang dapat menghasilkan ucapan yang lebih alami. Seiring dengan kecepatan prosesor serta media penyimpanan komputer yang semakin tinggi, pendekatan tersebut mengarah pada sistem yang melakukan penggabungan segmen-segmen ucapan yang direkam sebelumnya. Berdasarkan berbagai pertimbangan teknis dan kualitas yang ingin dicapai, bentuk segmen yang dianggap paling optimum dan banyak digunakan adalah diphone atau dua fonem yang berurutan. Pendekatan dengan cara penyusunan ucapan dari diphone ini disebut diphone concatenation.
Tantangan teknis utama pada teknik diphone concatenation adalah mencari algoritma untuk menggabungkan diphone dengan diphone lainnya, serta algoritma untuk
memanipulasi diphone, khususnya untuk mengubah durasi serta pitch diphone. Berbagai
teknik yang berkembang untuk mendukung pensintesa jenis ini diantaranya adalah
autoregressive (AR), Glottal AR, hybrid harmonic/stocastic, time domain PSOLA (TDPSOLA), multiband resynthesis-PSOLA (MBR-PSOLA), serta Linear Prediction-PSOLA (LP-PSOLA) [Dut97]. Kini, speech synthesizer berkualitas tinggi telah tersedia untuk sejumlah bahasa, misalnya Bahasa Inggris, Perancis, Belanda, Jerman dan beberapa bahasa lainnya. Namun demikian, speech synthesizer untuk bahasa Indonesia sampai saat ini belum tersedia. Salah satu perusahaan yang telah menghasilkan TTS berkualitas baik adalah perusahaan Lernout and Hauspie di Belgia. Perusahaan tersebut sudah memproduksi sistem TTS berkualitas tinggi untuk bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Belanda, Spanyol dan Portugis.
(http://indotts.melsa.net.id/perkembangan_TTS.pdf).
Saran adalah kita dapat mengetahui dan menambah informasi Perkembangan Teknologi TTS Dari Masa ke Masa.
Berdasarkan hasil studi literatur dari berbagai sumber bacaan, perkembangan teknologi pensintesa ucapan dapat dibagi menjadi tiga kurun waktu. Kurun waktu pertama adalah sebelum 1930. Pada masa ini penelitian-penelitian lebih banyak ditujukan untuk memahami karakteristik sinyal ucapan serta pengembangan pensintesa ucapan berbasis mekanik atau elektromekanik. Kurun waktu kedua dimulai sejak tahun 1930-an sampai dengan ditemukannya komputer digital. Masa ini ditandai dengan pengembangan
berbagai alat pensintesa ucapan menggunakan teknologi elektronik analog. Kurun waktu
ketiga dimulai sejak ditemukannya komputer digital hingga sekarang. Pada masa ini, sintesa ucapan dilakukan menggunakan pendekatan-pendekatan pemrosesan sinyal digital.
Kurun Waktu Pertama
Penelitian tentang ucapan dimulai dengan penelitian-penelitian untuk melakukan pemahaman tentang sinyal ucapan. Pada tahun 1779, Imperial Academy of St. Petersburg
menyelenggarakan suatu kompetisi dengan tujuan untuk mengetahui hal-hal berikut
[Pel93].
1. “What is the nature and character of the sounds of the vowels a, e, i, o, u that make
them different from one another ?”
2. “Can an instrument be constructed like the vox humana pipes of an organ, which
shall accurate express the sounds of the vowels ?”
Seorang peneliti dari Rusia yang bernama Christian Gottlieb Kratzenstein memenangkan kompetisi tersebut dengan membuat satu set resonator akustik yang mensimulasikan mulut manusia. Resonator Kratzenstein terdiri dari 5 bentuk tabung, masing-masing untuk mensimulasikan satu bunyi vokal.
Robert Willis, pada tahun 1829 melakukan penelitian yang berhasil memperlihatkan bahwa sintesa ucapan yang dihasilkan oleh Kratzenstein dapat pula dicapai dengan hasil yang sama menggunakan tabung tunggal yang dapat diatur panjangnya. Selama dua dekade, antara tahun 1769 sampai dengan 1790, Wolfgang Ritter von Kempelen telah menghasilkan speaking machine yang lengkap. Pada prakteknya, Wolfgang telah membuat 3 model yang berbeda, semuanya dioperasikan dengan tangan.
Penemuannya dipublikasikan dalam bentuk buku pada tahun 1791. Wolfgang von Kempelen berpendapat bahwa untuk membuat mesin yang dapat berbicara, pertama-tama harus dapat menghasilkan suara vokal. Wolfgang mulai dengan mencari sumber bunyi yang sesuai, yaitu suatu substitusi mekanik dari suara vokal. Dia mencoba menggunakan reed bergetar yang biasa digunakan dalam instrumen musik, walaupun hasilnya kurang memuaskan. Suara dari reed disalurkan melalui suatu alat berbentuk bel yang dilengkapi baffle pada mulut yang dapat digerakan untuk menghasilkan bunyi vokal yang berbeda. Tidak puas dengan hasil percobaannya yang pertama, von Kempelen menggunakan tangannya untuk menggantikan baffle. Meskipun hasilnya menjadi lebih baik, tetapi suara yang dihasilkan masih belum memuaskan.
Model yang kedua dirancang untuk memenuhi kebutuhan akan perlunya beberapa
resonansi pada beberapa frekuensi yang berbeda untuk mencapai berbagai suara berlainan
yang diinginkan. Versi ini bersifat modular, berupa tiga belas buah resonator yang masing-masing dilengkapi dengan reed dan bersifat dapat dibongkar pasang, sehingga
dapat saling dipertukarkan. Gambar 2.2 memperlihatkan model tersebut.
Dengan mesin tersebut, von Kempelen mengklaim bahwa dia telah mampu menghasilkan suara vokal a, o dan u serta suara p, m dan l yang dapat diterima. Secara monotonik, mesin buatannya dapat mengucapkan suara seperti “mama” dan “papa”, tetapi masih menghadapi dua masalah utama. Pertama, suara vokal yang dihasilkan mengandung bunyi yang sifatnya eksplosif yang mirip bunyi “k”. Masalah lain yang dihadapi adalah transisi antara dua bunyi yang berdekatan yang tidak smooth seperti suara alami. Satu bunyi dengan bunyi berikutnya masih terasa sebagai dua bunyi yang terpisah. Untuk mengatasi masalah tersebut, dia menambahkan kulit halus pada reed, juga menggunakan reed tunggal sebagai pengganti dari sejumlah reed yang sebelumnya digunakan pada setiap resonator.
Mesin ketiga buatan von Kempelen secara fisik sangat berbeda dari mesin-mesin
sebelumnya (lihat Gambar 2.3). Paru-paru disimulasikan dengan pompa yang digerakan
dengan bahu yang secara kontinyu dapat menghembuskan udara. Vokal dapat dihasilkan
dengan cara menutup “nostrils” mesin tersebut dengan tangan kanan sambil menghembuskan udara dari simulator paru-paru. Sementara itu, tangan kiri harus mengatur resonansi melalui alat berbentuk bel. Hanya orang yang terlatih memainkannya
yang dapat menghasilkan bunyi-bunyi yang diharapkan. Suara seperti F, H, V, W dan
beberapa lainnya adalah suara-suara yang juga dapat dihasilkan dengan mesin tersebut.
Wolfgang mengklaim bahwa mesin ketiga buatannya dapat menghasilkan semua suara
vokal serta sembilan belas konsonan. Meskipun mesin tersebut memiliki kapasitas
menghasilkan udara sekitar enam kali lebih besar dari kapasitas paru-paru manusia, tetapi
mesin ini hanya mampu mengucapkan kalimat yang pendek sebelum kehabisan udara.
Pada tahun 1791 von Kempelen mempublikasikan hasil penelitiannya dalam bahasa
Jerman dan Perancis dengan judul “Mechanismus der menschlichen Sprache nebst der
Berschreibung seimer sprechenden Maschine”.
Di Perancis, pada waktu yang hampir bersamaan dengan von Kempelen, Abbe’ Mical mengembangkan mesin lain yang dikenal sebagai “two talking head”. Mesin ini terdiri dari dua silinder yang mirip dengan silinder yang biasa kita lihat pada instrumen musik. Satu silinder disediakan untuk memainkan sejumlah ucapan tertentu dengan prosody-nya. Silinder lainnya digunakan untuk menghasilkan semua bunyi dalam bahasa Perancis. Tidak diketahui dengan pasti otentikasi mesin buatannya tersebut.
Hermann Helmholtz, seorang perintis peneliti akustik, pada pertengahan abad ke-19 membuat perangkat elektro-mekanik yang terdiri dari sejumlah garpu yang dapat ditala, kumparan elektrik, dan sejumlah resonator yang dapat mensintesa suara komposit yang sangat mirip suara vokal manusia. Perangkat ini mungkin tidak memperlihatkan hubungan langsung dengan berbagai penemuan alat-alat lainnya yang berhubungan dengan aplikasi suara, tetapi keberadaan mesin tersebut memberikan ilham bagi Alexander Graham Bell yang menghasilkan beberapa penemuan di bidang aplikasi mesin
yang berhubungan dengan suara manusia. Pada saat yang bersamaan juga, Hermmann
Helmholtz telah melakukan berbagai penelitian yang memberikan pemahaman yang lebih
mendalam tentang akustik.
Peranan Sir Charles Wheatstone yang lebih dikenal dengan “Jembatan Wheatstone”-nya tidak dapat diabaikan dalam perkembangan alat pensintesa ucapan manusia. Wheatstone tumbuh sambil membantu bisnis penjualan perangkat musik keluarganya di London.
Tahun 1821, pada usia sembilan belas tahun ia mendemonstrasikan alat ciptaannya yang dapat menggetarkan batang logam yang dieksitasi oleh suatu sumber yang vibrasinya dirambatkan melalui konduktor yang padat. Pada tahun 1835, Wheatstone mendemonstrasikan ciptaannya kepada Dublin Association.
Alexander Graham Bell yang lahir di Edinburg pada tahun 1846 dikenal sebagai penemu telepon. Berdasarkan buku yang ditulis oleh Kempelen, Bell beserta dua saudaranya (Melly dan Ted) pernah melakukan pengembangan mesin yang dapat menirukan ucapan-ucapan manusia. Pengembangan tersebut dilakukan di Edinburg sekitar tahun 1863. Pada usia 19 tahun, Bell mencoba mengulangi penelitian akustik Helmholtz. Bell mengira bahwa garpu tala dapat mentransmisikan bunyi vokal secara elektrik. Untuk memperbaiki kesalahan dugaan tersebut, akhirnya dia menemukan suatu keyakinan bahwa suara apapun dapat ditransmisikan secara elektrik. Pada akhirnya, Bell berhasil menemukan telepon.
Pada awal tahun 1990-an, J. L. Flanagan melaporkan hasil kerjanya yang merupakan kelanjutan dari pemikiran Helmholtz dan menguji berbagai alat yang dapat melakukan sintesa suara vokal. Penelitian ini meliputi penggunaan pipa organ, multiple sirens, garpu vibrasi yang dapat ditala, serta ide R. R. Riesz yang pada tahun 1937 mengusulkan alat bicara mekanik yang dapat dioperasikan dengan jari-jari tangan.
Kurun Waktu Kedua
Sejak 1930 para peneliti mulai menggunakan model elektrik untuk analisis dan
menirukan ucapan. Pensintesa elektrik pertama yang berfungsi untuk menghasilkan ucapan adalah Dudley’s voder. VODER (Voice Operated DEmonstratoR) dikembangkan
oleh Bell Laboratories. VODER merupakan sistem elektronik analog yang mensimulasikan bagian-bagian alat ucap manusia. VODER pertama kali diperkenalkan
kepada publik dalam suatu pameran di New York pada tahun 1939. Pada saat tersebut
berhasil didemonstrasikan bagaimana manusia dapat berdialog dengan mesin VODER
yang dimainkan oleh seorang operator.
Suara bersumber dari dua buah sumber bunyi, yaitu : noise dan osilator.
Sumber noise disediakan untuk mensintesa ucapan yang menyerupai noise, sedangkan
osilator untuk ucapan lainnya. Frekuensi osilator dikendalikan oleh pedal. Frekuensi yang
dihasilkan akan menentukan pitch dari bagian ucapan yang dihasilkan. Sumber yang
dihasilkan akan dilewatkan pada sepuluh bandpass filter yang dihubungkan secara paralel
dan masing-masing frekuensinya dapat diatur. Tiga pengatur lainnya disediakan untuk
mengatur proses transien, yaitu untuk reproduksi konsonan stop, yaitu t, d, p, b, k, g.
Mesin ini berhasil membangkitkan suara yang intelligible. Mesin ini harus dimainkan
oleh seorang operator yang sangat terlatih.
Kurun Waktu Ketiga
Selama 50 tahunan, teknologi pensintesa ucapan mengalami banyak perubahan.
Penemuan komputer digital telah memungkinkan untuk melakukan simulasi sebelum
melakukan pengembangan perangkat keras. Sekitar tahun 1960-an, teknik analisis dan
sintesa ucapan terbagi menjadi dua paradigma. Pendekatan pertama disebut articulatory
synthesis. Dalam pendekatan ini, mekanisme produksi ucapan dimodelkan secara
fisiologi dengan cukup rinci. Pendekatan lainnya disebut terminal-analogue synthesis.
Pada pendekatan kedua ini, ucapan dimodelkan dengan model apapun. Orientasinya lebih
ditekankan pada usaha untuk memodelkan sinyal ucapan, bukan pada bagaimana cara
membangkitkannya.
Sebelum adanya komputer digital, sebenarnya belum ada sistem seperti yang sekarang kita kenal sebagai sistem TTS. Pengembangan yang ada saat itu hanya terbatas pada bagian untuk membangkitkan atau mensintesa ucapannya saja. TTS yang melakukan konversi secara otomatis dari mulai teks berkembang setelah adanya komputer digital. Pada tahun 1931, perusahaan Audichron membuat mesin pertama yang secara otomatis dapat mengucapkan waktu dan temperatur melalui saluran telpon. Sejak itu, banyak dikembangkan perangkat elektrik yang berhubungan dengan aplikasi ucapan, diantaranya adalah spektograf suara yang dapat menampilkan pola ucapan pada layar CRT. Salah satu sistem komersial yang menerapkan teknologi komputer digital untuk aplikasi pemrosesan ucapan adalah IBM 7770 Audio Response Unit yang menggunakan drum berputar untuk menyimpan data-data ucapan. Pada awal tahun 1980-an berkembang
beberapa sistem lainnya yang menggunakan komputer mainframe atau komputer mini.
Dengan sistem ini, sejumlah institusi finansial saat itu dapat memberikan layanan sistem otomatis melalui pesawat telpon. Keadaan tersebut berubah semakin cepat setelah
teknologi IC serta komputer mikro berkembang dengan pesat. Berkembangnya komputer digital tidak hanya menyebabkan berkembangnya sistem TTS, tetapi juga melahirkan alternatif-alternatif baru untuk mengimplementasikan bagian pembangkit ucapannya. Pada era komputer digital, pembangkitan ucapan dilakukan menggunakan algoritma-algoritma pemrosesan sinyal digital yang diimplementasikan menggunakan perangkat lunak. Bentuk pensintesa digital yang berkembang pada awalnya adalah pensintesa yang dikenal dengan istilah formant synthesizer, bekerja dengan cara mensimulasikan komponenkomponen frekuensi utama pembentuk ucapan yang disebut formant. Salah satu pensintesa ucapan jenis ini yang populer dan banyak digunakan pada berbagai aplikasi adalah cascade-parallel formant synthesizer yang pertama kali diusulkan oleh Dennis Klatt pada tahun 1990. Synthesizer tersebut merupakan pengembangan dari generasi sebelumnya yang juga dirancang oleh Klatt pada tahun 1980. Pensintesa formant tidak dapat menghasilkan suara dengan tingkat kealamian yang tinggi, sehingga perkembangan TTS mengarah pada pencarian alternatif untuk mencari pendekatan yang dapat menghasilkan ucapan yang lebih alami. Seiring dengan kecepatan prosesor serta media penyimpanan komputer yang semakin tinggi, pendekatan tersebut mengarah pada sistem yang melakukan penggabungan segmen-segmen ucapan yang direkam sebelumnya. Berdasarkan berbagai pertimbangan teknis dan kualitas yang ingin dicapai, bentuk segmen yang dianggap paling optimum dan banyak digunakan adalah diphone atau dua fonem yang berurutan. Pendekatan dengan cara penyusunan ucapan dari diphone ini disebut diphone concatenation.
Tantangan teknis utama pada teknik diphone concatenation adalah mencari algoritma untuk menggabungkan diphone dengan diphone lainnya, serta algoritma untuk
memanipulasi diphone, khususnya untuk mengubah durasi serta pitch diphone. Berbagai
teknik yang berkembang untuk mendukung pensintesa jenis ini diantaranya adalah
autoregressive (AR), Glottal AR, hybrid harmonic/stocastic, time domain PSOLA (TDPSOLA), multiband resynthesis-PSOLA (MBR-PSOLA), serta Linear Prediction-PSOLA (LP-PSOLA) [Dut97]. Kini, speech synthesizer berkualitas tinggi telah tersedia untuk sejumlah bahasa, misalnya Bahasa Inggris, Perancis, Belanda, Jerman dan beberapa bahasa lainnya. Namun demikian, speech synthesizer untuk bahasa Indonesia sampai saat ini belum tersedia. Salah satu perusahaan yang telah menghasilkan TTS berkualitas baik adalah perusahaan Lernout and Hauspie di Belgia. Perusahaan tersebut sudah memproduksi sistem TTS berkualitas tinggi untuk bahasa Inggris, Jerman, Perancis, Belanda, Spanyol dan Portugis.
(http://indotts.melsa.net.id/perkembangan_TTS.pdf).
Saran adalah kita dapat mengetahui dan menambah informasi Perkembangan Teknologi TTS Dari Masa ke Masa.
Tantangan Global Dunia Industri
Globalisasi bisa dipersepsikan macam-macam tergantung dari sisi dan kepentingan apa orang melihatnya. Globalisasi bisa diartikan sebagai ancaman terutama bagi mereka yang tidak siap untuk menghadapi arus; akan tetapi juga bisa dipersepsikan sebagai peluang bagi mereka yang mampu mempersiapkan diri dengan sebaik-baiknya. Globalisasi bisa diartikan dengan semakin kompleks (complexity)-nya permasalahan dan meningkatnya persaingan (competion) yang kemudian harus diikuti dengan perubahan-perubahan (change) baik dalam organisasi maupun manajemen serta sikap-mental sumber daya manusia yang mendukungnya (Manuaba, 2000). Bagi industri arti globalisasi tidak sekedar merubah skala pasar maupun arus distribusi barang, akan tetapi lebih jauh dari itu globalisasi akan memberikan paradigma-paradigma baru yang harus diantisipasi dan diikuti kalau tidak ingin gulung tikar. Industri yang dahulunya dioperasikan dengan konsep pemanfaatan sumber-daya (material, energy, modal, manusia) yang terbatas --- untuk itu sistem produksi harus dioperasikan secara efektif-efisien --- dalam era global ini haruslah kemudian dikembangkan dengan penguasaan informasi (knowledge based). Begitu juga sistem produksi yang dahulunya dikembangkan melalui konsep produksi massal (mass production) dengan bertumpu pada beberapa standard produk, cenderung kemudian “kembali” ke upaya memenuhi kepuasan kustomer (mass customization) yang sangat beragam. Organisasi kerja yang beranjak dari struktur hirarki-birokrasi yang menempatkan manusia sebagai pekerja (karyawan) pabrik, selanjutnya bergeser maju berubah dalam pola struktur jaringan (network) dimana manusia (dan juga organisasi) akan beraliansi dalam sebuah mata-rantai kerja-sama dengan semangat “partnership”.
Tantangan global yang membawa dampak kearah suasana persaingan “hidup-mati” yang begitu keras memaksa industri terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan daya saing-nya. Dalam hal peningkatan daya saing, industri tidak saja harus mampu meningkatkan produktivitas total-nya akan tetapi juga harus mampu meningkatkan kualitas, menekan biaya dan memenuhi keinginan kustomer secara tepat waktu. Perubahan paradigma yang terjadi baik di lini produksi/operasional (mikro) maupun lini strategis-makro (manajemen puncak) haruslah bisa diantisipasi dan kemudian diadopsi secara layak. Menghadapi situasi dan kondisi semacam ini diperlukan seorang manajer industri yang menguasai benar metode/keilmuan Teknik Industri yang tidak saja dipakai untuk memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat teknis-operasional (engineering design & process), akan tetapi juga yang bersifat non-teknis (sosial-ekonomis) serta kiat-kiat untuk mengendalikan persoalan manusia (human skill). Disisi lain juga diperlukan seorang manajer industri yang mampu bertindak sebagai pemecah persoalan, pengendali perubahan dan peredam konflik yang senantiasa dapat memformulasikan dan melahirkan konsep-konsep baru untuk menghadapi segala kompleksitas dan ketidak-pastian yang terjadi.
Globalisasi jelas membawa banyak tantangan, ancaman maupun peluang yang harus dihadapi oleh dunia industri dan secara serta-merta akan langsung menjadi tanggung-jawab profesi Teknik Industri. Tantangan global tidak bisa tidak menghadapkan dunia pendidikan tinggi teknologi industri agar mampu mengikuti dan menangkap arah perkembangan sains-teknologi yang melaju cepat seiring dengan tuntutan masyarakat (termasuk industri) pemakai jasa pendidikan tinggi. Disini pendidikan tinggi haruslah mampu mempersiapkan sumber-daya manusia yang berkualitas, dan memenuhi tuntutan persyaratan maupun standard kompetensi kerja yang berdaya-laku internasional. Dengan mengacu pada ABET-Engineering Criteria 2000, maka seorang profesional Teknik Industri tidak saja harus menguasai kepakaran Teknik Industri; tetapi juga harus memiliki wawasan, pemahaman, dan kemampuan seperti halnya (a) kemampuan untuk bekerja dalam kelompok (organisasi), (b) pemahaman tentang tanggung jawab sosial dan etika profesi, (c) kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, (d) kesadaran lingkungan (alam maupun sosial), (e) kepekaan tinggi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi menyangkut berbagai macam isue kontemporer, aktual maupun situasional dan (f) kemampuan berorganisasi, manajemen dan leadership, dan sebagainya. Berdasarkan ABET Engineering Criteria 2000 tersebut, seorang profesional Teknik Industri tidak saja diharapkan akan memiliki kemampuan akademis dan kompetensi profesi keinsinyuran (engineering) yang baik saja, tetapi juga memiliki wawasan dan kepekaan terhadap segala permasalahan yang ada di industri maupun masyarakat.
(http://www.its.ac.id/personal/files/pub/2851-m_sritomo-ie-PERAN%20PERAN%20STRATEGIS%20DISIPLIN%20TEKNIK%20INDUSTRI.pdf)
Saran untuk tulisan ini adalah sangat berguna untuk mengetahui tantangan apa saja yang akan di hadapi dalam tantangan global khususnya dunia teknik.
Tantangan global yang membawa dampak kearah suasana persaingan “hidup-mati” yang begitu keras memaksa industri terus menerus berupaya meningkatkan kemampuan daya saing-nya. Dalam hal peningkatan daya saing, industri tidak saja harus mampu meningkatkan produktivitas total-nya akan tetapi juga harus mampu meningkatkan kualitas, menekan biaya dan memenuhi keinginan kustomer secara tepat waktu. Perubahan paradigma yang terjadi baik di lini produksi/operasional (mikro) maupun lini strategis-makro (manajemen puncak) haruslah bisa diantisipasi dan kemudian diadopsi secara layak. Menghadapi situasi dan kondisi semacam ini diperlukan seorang manajer industri yang menguasai benar metode/keilmuan Teknik Industri yang tidak saja dipakai untuk memecahkan persoalan-persoalan yang bersifat teknis-operasional (engineering design & process), akan tetapi juga yang bersifat non-teknis (sosial-ekonomis) serta kiat-kiat untuk mengendalikan persoalan manusia (human skill). Disisi lain juga diperlukan seorang manajer industri yang mampu bertindak sebagai pemecah persoalan, pengendali perubahan dan peredam konflik yang senantiasa dapat memformulasikan dan melahirkan konsep-konsep baru untuk menghadapi segala kompleksitas dan ketidak-pastian yang terjadi.
Globalisasi jelas membawa banyak tantangan, ancaman maupun peluang yang harus dihadapi oleh dunia industri dan secara serta-merta akan langsung menjadi tanggung-jawab profesi Teknik Industri. Tantangan global tidak bisa tidak menghadapkan dunia pendidikan tinggi teknologi industri agar mampu mengikuti dan menangkap arah perkembangan sains-teknologi yang melaju cepat seiring dengan tuntutan masyarakat (termasuk industri) pemakai jasa pendidikan tinggi. Disini pendidikan tinggi haruslah mampu mempersiapkan sumber-daya manusia yang berkualitas, dan memenuhi tuntutan persyaratan maupun standard kompetensi kerja yang berdaya-laku internasional. Dengan mengacu pada ABET-Engineering Criteria 2000, maka seorang profesional Teknik Industri tidak saja harus menguasai kepakaran Teknik Industri; tetapi juga harus memiliki wawasan, pemahaman, dan kemampuan seperti halnya (a) kemampuan untuk bekerja dalam kelompok (organisasi), (b) pemahaman tentang tanggung jawab sosial dan etika profesi, (c) kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, (d) kesadaran lingkungan (alam maupun sosial), (e) kepekaan tinggi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi menyangkut berbagai macam isue kontemporer, aktual maupun situasional dan (f) kemampuan berorganisasi, manajemen dan leadership, dan sebagainya. Berdasarkan ABET Engineering Criteria 2000 tersebut, seorang profesional Teknik Industri tidak saja diharapkan akan memiliki kemampuan akademis dan kompetensi profesi keinsinyuran (engineering) yang baik saja, tetapi juga memiliki wawasan dan kepekaan terhadap segala permasalahan yang ada di industri maupun masyarakat.
(http://www.its.ac.id/personal/files/pub/2851-m_sritomo-ie-PERAN%20PERAN%20STRATEGIS%20DISIPLIN%20TEKNIK%20INDUSTRI.pdf)
Saran untuk tulisan ini adalah sangat berguna untuk mengetahui tantangan apa saja yang akan di hadapi dalam tantangan global khususnya dunia teknik.
Fungsi dan Peran Strategis Profesi Teknik Industri
Banyak orang yang salah menginterpretasikan pengertian tentang Teknik Industri. Istilah “industri” dalam berbagai kasus sering dilihat dalam kaca-mata sempit sebagai “pabrik” yang banyak bergelut dengan aktivitas manufakturing. Meskipun secara historis perkembangan profesi Teknik Industri berangkat dari disiplin Teknik Mesin (produksi) dan terutama sekali sangat erat kaitannya dengan proses manufakturing produk dalam sebuah proses transformasi fisik; disiplin Teknik Industri telah berkembang luas dalam beberapa dekade terakhir ini (Kimbler, 1995). Sesuai dengan “nature”-nya, industri bisa diklasifikasikan secara luas yaitu mulai dari industri yang menghasilkan produk-barang fisik (manufaktur) sampai ke produk-jasa (service) yang non-fisik. Industri juga bisa kita bentangkan dalam pola aliran hulu-hilir sampai ke skala kecil-menengah-besar. Demikian juga problematika yang dihadapi oleh industri --- yang kemudian menjadi fokus kajian disiplin Teknik Industri --- bisa terfokus dalam ruang lingkup mikro (lantai produksi) dan terus melebar luas mengarah ke problematika manajemen produksi (perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian dan pengendalian sistem produksi) yang harus memperhatikan sistem lingkungan (aspek politik-sosial-ekonomi-budaya maupun hankam) dalam setiap langkah pengambilan keputusan berdimensi strategik. Disiplin Teknik Industri melihat setiap persoalan dengan metode pendekatan sistem dimana segala keputusan yang diambil juga selalu didasarkan pada aspek teknis (engineering area) dan aspek non-teknis. Wawasan “Tekno-Sosio-Ekonomi” akan mewarnai penyusunan kurikulum pendidikan Teknik Industri dan merupakan karakteristik yang khas yang menggambarkan ciri keunggulan serta membedakan disiplin ini dengan disiplin-disiplin keteknikan yang lainnya.
Sebegitu luas ruang lingkup yang bisa yang bisa digapai oleh profesi Teknik Industri seringkali membuat kesulitan tersendiri didalam memberikan identitas yang jelas dan tegas mengenai apa yang sebenarnya bisa dikerjakan oleh profesi ini. Untuk menghilangkan keragu-raguan dan menyamakan persepsi maupun peran yang bisa dikerjakan oleh profesi Teknik Industri ini, maka IIE (Institute of Industrial Engineers) telah mendefinisikannya sebagai berikut :
“Industrial engineering is concerned with the design, improvement and installation of integrated system of people, information, equipment and energy. It draws upon specialized knowledge and skills in the mathematical, physical and social sciences together with the principles and methods of analysis and design to specify, predict And evaluate the results to be obtained from such system”
Berdasarkan definisi yang telah diformulasikan oleh IIE tersebut diatas, dapat dibuat sebuah kesimpulan bahwa misi dan peran disiplin Teknik Industri pada hakekatnya bisa dikelompokkan kedalam tiga topik yang selanjutnya bisa dipakai sebagai landasan utama pengembangan disiplin ini; yaitu pertama, berkaitan erat dengan permasalahan-permasalahan yang menyangkut dinamika aliran material yang terjadi di lantai produksi. Disini akan menekankan pada prinsip-prinsip yang terjadi pada saat proses transformasi --- seringkali juga disebut sebagai proses nilai tambah --- dan aliran material yang berlangsung dalam sistem produksi yang terus berkelanjutan sampai meningkat ke persoalan aliran distribusi dari produk akhir (output) menuju ke konsumen. Topik kedua berkaitan dengan dinamika aliran informasi. Persoalan pokok yang ditelaah dalam hal ini menyangkut aliran informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan manajemen khususnya dalam skala operasional. Hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi agregat, pengendalian kualitas, dan berbagai macam problem manajemen produksi/operasional akan merupakan kajian pokoknya. Selanjutnya topik ketiga cenderung membawa disiplin Teknik Industri ini untuk bergerak kearah persoalan-persoalan yang bersifat makro-strategis. Persoalan yang dihadapi sudah tidak lagi bersangkut-paut dengan persoalan-persoalan yang timbul di lini aktivitas produksi ataupun manajemen produksi melainkan terus melebar ke persoalan sistem produksi/industri dan sistem lingkungan yang berpengaruh signifikan terhadap industri itu sendiri. Topik ketiga ini cenderung membawa disiplin teknik industri untuk menjauhi persoalan- persoalan teknis (deterministik-fisik-kuantitatif) yang umum dijumpai di lini produksi (topik pertama) dan lebih banyak bergelut dengan persoalan non-teknis (stokastik-abstraktif-kualitatif). Berhadapan dengan problematika yang kompleks, multi-variable dan/atau multi-dimensi; maka disiplin Teknik Industri akan memerlukan dasar kuat (dalam bidang keilmuan matematika, fisika, maupun social-ekonomi) untuk bisa memodelkan, mensimulasikan dan mengoptimasikan persoalan-persoalan yang harus dicarikan solusinya.
Begitu luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keilmuan Teknik Industri jelas akan membawa persoalan tersendiri bagi profesional Teknik Industri pada saat mereka harus menjelaskan secara tepat “what should we do and where should we work” ? Pertanyaan ini jelas tidak mudah untuk dijawab secara memuaskan oleh mereka yang masih awam dengan keilmuan Teknik Industri. Kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwa seorang profesional Teknik Industri sering dijumpai berada dan “sukses” bekerja dimana-mana mulai dari lini operasional sampai ke lini manajerial. Seorang professional Teknik Industri seringkali membanggakan kompetensinya dalam berbagai hal mulai dari proses perancangan produk, perancangan tata-cara kerja sampai dengan mengembangkan konsep-konsep strategis untuk mengembangkan kinerja industri. Seorang professional Teknik Industri akan bisa menunjukkan cara bekerja yang lebih baik, lebih cerdik, lebih produktif, dan lebih berkualitas. Seorang professional Teknik Industri bisa diharapkan sebagai “problem solver” untuk membuat sistem produksi bisa dioperasikan dan dikendalikan secara lebih efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien (ENASE). Untuk itu eliminasi berbagai hal yang bersifat kontra-produktif seperti pemborosan waktu, uang, material, enersi dan komoditas lainnya merupakan fokus utama yang harus dikerjakan.
Untuk mengantisipasi problematika industri yang semakin luas dan kompleks, maka disiplin Teknik Industri telah menunjukkan banyak perubahan maupun penyesuaian dengan arah perkembangan yang ada. Adanya kehendak untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan disisi lain harus diikuti pula dengan keinginan untuk menekan biaya produksi (costs reduction program) serta waktu penyampaian barang (time delivery) secara tepat waktu merupakan langkah-langkah strategis yang harus dipikirkan oleh profesi Teknik Industri agar bisa meningkatkan daya saing perusahaan. Selain itu ruang lingkup pasar tidak lagi harus bersaing di tingkat lokal (nasional) melainkan mengarah ke tingkat persaingan pasar global. Perubahan tantangan yang dihadapi oleh dunia industri jelas sekali juga akan membawa perubahan pada fungsi dan peran yang harus bisa dimainkan oleh disiplin Teknik Industri (Istiyanto, 1987). Kalau pada awalnya profesi Teknik Industri secara tradisional mengurusi persoalan-persoalan di tingkat pengendalian operasional (manajemen produksi) seperti perancangan-perancangan tata-letak mesin, tata-cara kerja, sistem manusia-mesin (ergonomi) dan penetapan standard-standard kerja; maka dalam beberapa dekade terakhir ini profesi Teknik Industri lebih banyak dilibatkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan perencanaan strategis dan pengambilan keputusan pada tingkat manajemen puncak. Persoalan yang dihadapi oleh profesi Teknik Industri tidak lagi dibatasi dalam skala kecil (mikro) melainkan berkembang ke skala besar (makro). Sebagai contoh kalau awalnya studi pengukuran kerja lebih difokuskan ke skala stasiun kerja sekedar mendapatkan standard-standard (waktu, output ataupun upah) kerja untuk merealisasikan konsep “the fair day’s pay for the fair day’s work”; maka peran profesi Teknik Industri modern belakangan ini banyak diperlukan untuk melakukan pengukuran produktivitas dan kinerja makro organisasi-perusahaan guna menilai sehat tidak-nya kondisi industri tersebut.
(http://www.its.ac.id/personal/files/pub/2851-m_sritomo-ie-PERAN%20PERAN%20STRATEGIS%20DISIPLIN%20TEKNIK%20INDUSTRI.pdf)
Saran untuk tulisan ini adalah sangat berguna untuk memajukan dan mengembangkan ilmu teknik industri khususnya di Indonesia.
Sebegitu luas ruang lingkup yang bisa yang bisa digapai oleh profesi Teknik Industri seringkali membuat kesulitan tersendiri didalam memberikan identitas yang jelas dan tegas mengenai apa yang sebenarnya bisa dikerjakan oleh profesi ini. Untuk menghilangkan keragu-raguan dan menyamakan persepsi maupun peran yang bisa dikerjakan oleh profesi Teknik Industri ini, maka IIE (Institute of Industrial Engineers) telah mendefinisikannya sebagai berikut :
“Industrial engineering is concerned with the design, improvement and installation of integrated system of people, information, equipment and energy. It draws upon specialized knowledge and skills in the mathematical, physical and social sciences together with the principles and methods of analysis and design to specify, predict And evaluate the results to be obtained from such system”
Berdasarkan definisi yang telah diformulasikan oleh IIE tersebut diatas, dapat dibuat sebuah kesimpulan bahwa misi dan peran disiplin Teknik Industri pada hakekatnya bisa dikelompokkan kedalam tiga topik yang selanjutnya bisa dipakai sebagai landasan utama pengembangan disiplin ini; yaitu pertama, berkaitan erat dengan permasalahan-permasalahan yang menyangkut dinamika aliran material yang terjadi di lantai produksi. Disini akan menekankan pada prinsip-prinsip yang terjadi pada saat proses transformasi --- seringkali juga disebut sebagai proses nilai tambah --- dan aliran material yang berlangsung dalam sistem produksi yang terus berkelanjutan sampai meningkat ke persoalan aliran distribusi dari produk akhir (output) menuju ke konsumen. Topik kedua berkaitan dengan dinamika aliran informasi. Persoalan pokok yang ditelaah dalam hal ini menyangkut aliran informasi yang diperlukan dalam proses pengambilan keputusan manajemen khususnya dalam skala operasional. Hal-hal yang berkaitan dengan perencanaan produksi agregat, pengendalian kualitas, dan berbagai macam problem manajemen produksi/operasional akan merupakan kajian pokoknya. Selanjutnya topik ketiga cenderung membawa disiplin Teknik Industri ini untuk bergerak kearah persoalan-persoalan yang bersifat makro-strategis. Persoalan yang dihadapi sudah tidak lagi bersangkut-paut dengan persoalan-persoalan yang timbul di lini aktivitas produksi ataupun manajemen produksi melainkan terus melebar ke persoalan sistem produksi/industri dan sistem lingkungan yang berpengaruh signifikan terhadap industri itu sendiri. Topik ketiga ini cenderung membawa disiplin teknik industri untuk menjauhi persoalan- persoalan teknis (deterministik-fisik-kuantitatif) yang umum dijumpai di lini produksi (topik pertama) dan lebih banyak bergelut dengan persoalan non-teknis (stokastik-abstraktif-kualitatif). Berhadapan dengan problematika yang kompleks, multi-variable dan/atau multi-dimensi; maka disiplin Teknik Industri akan memerlukan dasar kuat (dalam bidang keilmuan matematika, fisika, maupun social-ekonomi) untuk bisa memodelkan, mensimulasikan dan mengoptimasikan persoalan-persoalan yang harus dicarikan solusinya.
Begitu luasnya ruang lingkup yang bisa dirambah untuk mengaplikasikan keilmuan Teknik Industri jelas akan membawa persoalan tersendiri bagi profesional Teknik Industri pada saat mereka harus menjelaskan secara tepat “what should we do and where should we work” ? Pertanyaan ini jelas tidak mudah untuk dijawab secara memuaskan oleh mereka yang masih awam dengan keilmuan Teknik Industri. Kenyataan yang sering dihadapi adalah bahwa seorang profesional Teknik Industri sering dijumpai berada dan “sukses” bekerja dimana-mana mulai dari lini operasional sampai ke lini manajerial. Seorang professional Teknik Industri seringkali membanggakan kompetensinya dalam berbagai hal mulai dari proses perancangan produk, perancangan tata-cara kerja sampai dengan mengembangkan konsep-konsep strategis untuk mengembangkan kinerja industri. Seorang professional Teknik Industri akan bisa menunjukkan cara bekerja yang lebih baik, lebih cerdik, lebih produktif, dan lebih berkualitas. Seorang professional Teknik Industri bisa diharapkan sebagai “problem solver” untuk membuat sistem produksi bisa dioperasikan dan dikendalikan secara lebih efektif, nyaman, aman, sehat dan efisien (ENASE). Untuk itu eliminasi berbagai hal yang bersifat kontra-produktif seperti pemborosan waktu, uang, material, enersi dan komoditas lainnya merupakan fokus utama yang harus dikerjakan.
Untuk mengantisipasi problematika industri yang semakin luas dan kompleks, maka disiplin Teknik Industri telah menunjukkan banyak perubahan maupun penyesuaian dengan arah perkembangan yang ada. Adanya kehendak untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, dan disisi lain harus diikuti pula dengan keinginan untuk menekan biaya produksi (costs reduction program) serta waktu penyampaian barang (time delivery) secara tepat waktu merupakan langkah-langkah strategis yang harus dipikirkan oleh profesi Teknik Industri agar bisa meningkatkan daya saing perusahaan. Selain itu ruang lingkup pasar tidak lagi harus bersaing di tingkat lokal (nasional) melainkan mengarah ke tingkat persaingan pasar global. Perubahan tantangan yang dihadapi oleh dunia industri jelas sekali juga akan membawa perubahan pada fungsi dan peran yang harus bisa dimainkan oleh disiplin Teknik Industri (Istiyanto, 1987). Kalau pada awalnya profesi Teknik Industri secara tradisional mengurusi persoalan-persoalan di tingkat pengendalian operasional (manajemen produksi) seperti perancangan-perancangan tata-letak mesin, tata-cara kerja, sistem manusia-mesin (ergonomi) dan penetapan standard-standard kerja; maka dalam beberapa dekade terakhir ini profesi Teknik Industri lebih banyak dilibatkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan perencanaan strategis dan pengambilan keputusan pada tingkat manajemen puncak. Persoalan yang dihadapi oleh profesi Teknik Industri tidak lagi dibatasi dalam skala kecil (mikro) melainkan berkembang ke skala besar (makro). Sebagai contoh kalau awalnya studi pengukuran kerja lebih difokuskan ke skala stasiun kerja sekedar mendapatkan standard-standard (waktu, output ataupun upah) kerja untuk merealisasikan konsep “the fair day’s pay for the fair day’s work”; maka peran profesi Teknik Industri modern belakangan ini banyak diperlukan untuk melakukan pengukuran produktivitas dan kinerja makro organisasi-perusahaan guna menilai sehat tidak-nya kondisi industri tersebut.
(http://www.its.ac.id/personal/files/pub/2851-m_sritomo-ie-PERAN%20PERAN%20STRATEGIS%20DISIPLIN%20TEKNIK%20INDUSTRI.pdf)
Saran untuk tulisan ini adalah sangat berguna untuk memajukan dan mengembangkan ilmu teknik industri khususnya di Indonesia.
Latar Belakang Historis dan Arah Perkembangan Teknik Industri
Sejak kapankah disiplin dan/atau profesi Teknik Industri (Industrial Engineering) lahir dan dikenal orang? Sebagai sebuah disiplin kecabangan dari ilmu keteknikan/teknologi secara formal orang mengenalinya sekitar pertengahan tahun 1900-an, setelah sebelumnya orang mengenal terlebih dahulu beberapa disiplin seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Kimia dan berbagai macam derivasi disiplin-disiplin tersebut. Namun, agak berbeda dengan disiplin keteknikan yang lain, orang seringkali menjumpai berbagai kesulitan didalam mencoba mendefinisikan secara konkrit mengenai karakteristik, ciri spesifik, maupun ruang lingkup yang berkaitan dengan fungsi maupun peran disiplin Teknik Industri ini didalam menjawab tantangan dan persoalan di dunia industri.
Orang seringkali sulit sekali menempatkan disiplin Teknik Industri ini didalam ranah habitat “engineering” yang begitu mengunggulkan kemampuan dan kompetensi merancang --- bisa berupa rancangan produk ataupun rancangan proses --- dengan berlandaskan analisa pendekatan kuantitatif dan serba eksak. Disisi lain problematika industri yang dijumpai seringkali juga lebih cenderung begitu kompleks, gampang berubah, penuh unsur ketidak-pastian, abstraktif dan sulit untuk diramalkan dengan pendekatan obyektif; sehingga memerlukan penyelesaian yang lebih bersifat sistemik, holistik, dan komprehensif-integral. Proses pengambilan keputusan didalam menyelesaikan persoalan tidak lagi bisa dilakukan secara parsial, sepotong-potong, dan linier; akan tetapi haruslah dilakukan dengan pola pikir dan tindak lateral dengan segala macam pertimbangan yang multi-dimensional, kualitatif dan terkadang memerlukan kepekaan intuitif . Problematika industri tidaklah semata ditentukan oleh sub-sistem materi (material sub-system) yang serba eksak, melainkan juga dipengaruhi lebih banyak lagi oleh sub-sistem manusia (human sub-system) dengan perilaku yang lebih sulit untuk diduga. Problematika industri selain akan tergantung pada faktor produksi pasif (bahan baku, mesin, gedung, ataupun fasilitas produksi lainnya), juga akan banyak dipengaruhi oleh faktor produksi aktif yaitu manusia (baik sebagai individu maupun kelompok kerja) dengan segala macam perilakunya (Wignjosoebroto, 1995).
Sebagai disiplin ilmu keteknikan yang tergolong “baru”, profesi Teknik Industri lahir sejak ada persoalan produksi, sejak manusia harus mewujudkan sesuatu untuk memenuhi keperluan hidupnya, dan sejak manusia ada (Taroepratjeka, 1999). Kelahiran profesi Teknik Industri memiliki akar kuat dari proses Revolusi Industri yang membawa perubahan-perubahan didalam banyak hal. Awal perubahan yang paling menyolok adalah dalam hal diketemukannya rancang bangun mesin uap (steam engine) oleh James Watt yang mampu berperan sebagai sumber energi untuk berproduksi; sehingga manusia tidak lagi tergantung pada energi ototi ataupun energi alam, dan yang lebih meyakinkan lagi manusia bisa memanfaatkan sumber energi tersebut dimanapun lokasi kegiatan produksi akan diselenggarakan. Perubahan lain yang pantas untuk dicatat sebagai tonggak (milestone) kelahiran profesi Teknik Industri adalah diterapkannya rekayasa tentang tata-cara kerja (methods engineering) dan pengukuran kerja (work measurement) yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja. Langkah-langkah strategis yang dikerjakan oleh Taylor, Gilbreths, Fayol, Gantt, Shewart, dan sebagainya telah menghasilkan paradigma-paradigma baru yang beranjak dari struktur ekonomi agraris menuju ke struktur ekonomi produksi/industri (Wignjosoebroto, 2000).
Sebenarnya apa-apa yang telah dilakukan oleh Taylor, dkk itu bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri dan terlepas dari apa-apa yang telah dikerjakan oleh oleh para pioneer T.Industri sebelumnya. Bila istilah produksi maupun industri akan dipakai sebagai kata kunci yang melatar- belakangi lahirnya profesi Teknik Industri; maka setidak-tidaknya dalam hal ini Adam Smith (The Wealth of Nations, 1776) dan Charles Babbage (On Economy of Machinery and Manufacturers, 1832) telah mengemukakan konsep peningkatan produktivitas melalui efisiensi penggunaan tenaga kerja dan pembagian kerja berdasarkan spesialisasi/keahlian. Fokus dari apa yang diteliti, dikaji dan direkomendasikan oleh Smith maupun Babbage ini tampaknya memberikan motivasi kuat bagi Frederick W.Taylor (The Principles of Scientific Management, 1905) untuk menempatkan “engineer as economist” didalam perancangan sistem produksi di industri, dimana konsep yang dikembangkan berkisar pada dua tema pokok, yaitu (a) telaah mengenai “interfaces” manusia dan mesin dalam sebuah sistem kerja, dan (b) analisa sistem produksi untuk memperbaiki serta meningkatkan performans kerja yang ada. Apa-apa yang telah dilakukan oleh Taylor --- atas segala jasa yang telah dilakukannya, Frederick W.Taylor ini kemudian diberi gelar sebagai “the father of industrial engineering” --- dan para pioneer keilmuan Teknik Industri lainnya (kebanyakan dari mereka memiliki latar belakang insinyur) juga telah membuka cakrawala baru dalam pengembangan dan penerapan sains-teknologi demi kemaslahatan manusia (Emerson and Naehring, 1988).
Dalam hal ini penerapan sains, teknologi dan ilmu keteknikan (engineering) tidak harus selalu terlibat dalam masalah-masalah yang terkait dengan persoalan perancangan perangkat keras (hardware) berupa teknologi produk maupun teknologi proses saja; akan tetapi juga ikut bertanggung-jawab didalam pengembangan perangkat teknologi lainnya (software, organoware dan brainware). Kalau sebelumnya profesi insinyur lebih terpancang pada peningkatan produktivitas melalui “sumber daya pasif” (material, mesin, alat/fasilitas kerja), maka selanjutnya langkah yang dimulai oleh Taylor, dkk ini akan menempatkan manusia sebagai “sumber daya aktif” yang harus dikelola dengan sebaik-baiknya melalui kiat-kiat pengendalian manusia yang sungguh sangat spesifik. Signifikansi faktor manusia yang harus dilibatkan dalam perancangan teknologi produksi telah menempatkan rancangan sistem kerja yang awalnya cenderung serba rasional-mekanistik menjadi tampak jauh lebih manusiawi. Disini manusia tidak lagi dipandang sekedar sebagai faktor produksi (tenaga kerja) seperti halnya material, mesin atau sumber daya produksi lainnya, akan tetapi akan dilihat secara lebih utuh.
Sebagai sumber daya aktif, perilaku manusia baik secara individu pada saat berinteraksi dengan mesin dalam sistem manusia-mesin dan lingkungan fisik kerja, maupun pada saat berinteraksi dengan sesama manusia lain dalam sebuah aktivitas kelompok kerja akan memberi pengaruh signifikan dalam setiap upaya peningkatan produktivitas. Persoalan perancangan tata-cara kerja di lini produksi nampak terus terarah pada upaya mengimplementasikan konsep “human-centered engineered systems” untuk perancangan teknologi produksi dengan melibatkan unsur manusia didalamnya. Demikian juga sesuai dengan ruang lingkup industri yang pendefinisannya terus melebar-luas --- dalam hal ini industri akan dilihat sebagai sebuah sistem skala besar yang komprehensif-integral --- maka persoalan industri tidak lagi cukup dibatasi oleh pemahaman tentang perancangan teknologi produk dan/atau teknologi proses dalam ruang lingkup industri yang berskala mikro dan berdimensi operasional saja; akan tetapi juga mencakup ke persoalan organisasi dan manajemen industri dalam skala yang lebih luas, makro, kompleks dan berdimensi strategis. Problem industri tidak lagi berada didalam dinding-dinding industri yang rigid-terbatas, tetapi terus bergerak merambah menuju ranah lingkungan luar sistem-nya. Solusi persoalan tidak lagi cukup didekati dengan proses pengambilan keputusan yang bersifat sepotong-potong dan parsial, melainkan memerlukan solusi-solusi yang berbasiskan pemahaman mengenai konsep sistem, analisis sistem dan pendekatan sistem (Wignjosoebroto, 1997).
(http://www.its.ac.id/personal/files/pub/2851-m_sritomo-ie-PERAN%20PERAN%20STRATEGIS%20DISIPLIN%20TEKNIK%20INDUSTRI.pdf)
Orang seringkali sulit sekali menempatkan disiplin Teknik Industri ini didalam ranah habitat “engineering” yang begitu mengunggulkan kemampuan dan kompetensi merancang --- bisa berupa rancangan produk ataupun rancangan proses --- dengan berlandaskan analisa pendekatan kuantitatif dan serba eksak. Disisi lain problematika industri yang dijumpai seringkali juga lebih cenderung begitu kompleks, gampang berubah, penuh unsur ketidak-pastian, abstraktif dan sulit untuk diramalkan dengan pendekatan obyektif; sehingga memerlukan penyelesaian yang lebih bersifat sistemik, holistik, dan komprehensif-integral. Proses pengambilan keputusan didalam menyelesaikan persoalan tidak lagi bisa dilakukan secara parsial, sepotong-potong, dan linier; akan tetapi haruslah dilakukan dengan pola pikir dan tindak lateral dengan segala macam pertimbangan yang multi-dimensional, kualitatif dan terkadang memerlukan kepekaan intuitif . Problematika industri tidaklah semata ditentukan oleh sub-sistem materi (material sub-system) yang serba eksak, melainkan juga dipengaruhi lebih banyak lagi oleh sub-sistem manusia (human sub-system) dengan perilaku yang lebih sulit untuk diduga. Problematika industri selain akan tergantung pada faktor produksi pasif (bahan baku, mesin, gedung, ataupun fasilitas produksi lainnya), juga akan banyak dipengaruhi oleh faktor produksi aktif yaitu manusia (baik sebagai individu maupun kelompok kerja) dengan segala macam perilakunya (Wignjosoebroto, 1995).
Sebagai disiplin ilmu keteknikan yang tergolong “baru”, profesi Teknik Industri lahir sejak ada persoalan produksi, sejak manusia harus mewujudkan sesuatu untuk memenuhi keperluan hidupnya, dan sejak manusia ada (Taroepratjeka, 1999). Kelahiran profesi Teknik Industri memiliki akar kuat dari proses Revolusi Industri yang membawa perubahan-perubahan didalam banyak hal. Awal perubahan yang paling menyolok adalah dalam hal diketemukannya rancang bangun mesin uap (steam engine) oleh James Watt yang mampu berperan sebagai sumber energi untuk berproduksi; sehingga manusia tidak lagi tergantung pada energi ototi ataupun energi alam, dan yang lebih meyakinkan lagi manusia bisa memanfaatkan sumber energi tersebut dimanapun lokasi kegiatan produksi akan diselenggarakan. Perubahan lain yang pantas untuk dicatat sebagai tonggak (milestone) kelahiran profesi Teknik Industri adalah diterapkannya rekayasa tentang tata-cara kerja (methods engineering) dan pengukuran kerja (work measurement) yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja. Langkah-langkah strategis yang dikerjakan oleh Taylor, Gilbreths, Fayol, Gantt, Shewart, dan sebagainya telah menghasilkan paradigma-paradigma baru yang beranjak dari struktur ekonomi agraris menuju ke struktur ekonomi produksi/industri (Wignjosoebroto, 2000).
Sebenarnya apa-apa yang telah dilakukan oleh Taylor, dkk itu bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri dan terlepas dari apa-apa yang telah dikerjakan oleh oleh para pioneer T.Industri sebelumnya. Bila istilah produksi maupun industri akan dipakai sebagai kata kunci yang melatar- belakangi lahirnya profesi Teknik Industri; maka setidak-tidaknya dalam hal ini Adam Smith (The Wealth of Nations, 1776) dan Charles Babbage (On Economy of Machinery and Manufacturers, 1832) telah mengemukakan konsep peningkatan produktivitas melalui efisiensi penggunaan tenaga kerja dan pembagian kerja berdasarkan spesialisasi/keahlian. Fokus dari apa yang diteliti, dikaji dan direkomendasikan oleh Smith maupun Babbage ini tampaknya memberikan motivasi kuat bagi Frederick W.Taylor (The Principles of Scientific Management, 1905) untuk menempatkan “engineer as economist” didalam perancangan sistem produksi di industri, dimana konsep yang dikembangkan berkisar pada dua tema pokok, yaitu (a) telaah mengenai “interfaces” manusia dan mesin dalam sebuah sistem kerja, dan (b) analisa sistem produksi untuk memperbaiki serta meningkatkan performans kerja yang ada. Apa-apa yang telah dilakukan oleh Taylor --- atas segala jasa yang telah dilakukannya, Frederick W.Taylor ini kemudian diberi gelar sebagai “the father of industrial engineering” --- dan para pioneer keilmuan Teknik Industri lainnya (kebanyakan dari mereka memiliki latar belakang insinyur) juga telah membuka cakrawala baru dalam pengembangan dan penerapan sains-teknologi demi kemaslahatan manusia (Emerson and Naehring, 1988).
Dalam hal ini penerapan sains, teknologi dan ilmu keteknikan (engineering) tidak harus selalu terlibat dalam masalah-masalah yang terkait dengan persoalan perancangan perangkat keras (hardware) berupa teknologi produk maupun teknologi proses saja; akan tetapi juga ikut bertanggung-jawab didalam pengembangan perangkat teknologi lainnya (software, organoware dan brainware). Kalau sebelumnya profesi insinyur lebih terpancang pada peningkatan produktivitas melalui “sumber daya pasif” (material, mesin, alat/fasilitas kerja), maka selanjutnya langkah yang dimulai oleh Taylor, dkk ini akan menempatkan manusia sebagai “sumber daya aktif” yang harus dikelola dengan sebaik-baiknya melalui kiat-kiat pengendalian manusia yang sungguh sangat spesifik. Signifikansi faktor manusia yang harus dilibatkan dalam perancangan teknologi produksi telah menempatkan rancangan sistem kerja yang awalnya cenderung serba rasional-mekanistik menjadi tampak jauh lebih manusiawi. Disini manusia tidak lagi dipandang sekedar sebagai faktor produksi (tenaga kerja) seperti halnya material, mesin atau sumber daya produksi lainnya, akan tetapi akan dilihat secara lebih utuh.
Sebagai sumber daya aktif, perilaku manusia baik secara individu pada saat berinteraksi dengan mesin dalam sistem manusia-mesin dan lingkungan fisik kerja, maupun pada saat berinteraksi dengan sesama manusia lain dalam sebuah aktivitas kelompok kerja akan memberi pengaruh signifikan dalam setiap upaya peningkatan produktivitas. Persoalan perancangan tata-cara kerja di lini produksi nampak terus terarah pada upaya mengimplementasikan konsep “human-centered engineered systems” untuk perancangan teknologi produksi dengan melibatkan unsur manusia didalamnya. Demikian juga sesuai dengan ruang lingkup industri yang pendefinisannya terus melebar-luas --- dalam hal ini industri akan dilihat sebagai sebuah sistem skala besar yang komprehensif-integral --- maka persoalan industri tidak lagi cukup dibatasi oleh pemahaman tentang perancangan teknologi produk dan/atau teknologi proses dalam ruang lingkup industri yang berskala mikro dan berdimensi operasional saja; akan tetapi juga mencakup ke persoalan organisasi dan manajemen industri dalam skala yang lebih luas, makro, kompleks dan berdimensi strategis. Problem industri tidak lagi berada didalam dinding-dinding industri yang rigid-terbatas, tetapi terus bergerak merambah menuju ranah lingkungan luar sistem-nya. Solusi persoalan tidak lagi cukup didekati dengan proses pengambilan keputusan yang bersifat sepotong-potong dan parsial, melainkan memerlukan solusi-solusi yang berbasiskan pemahaman mengenai konsep sistem, analisis sistem dan pendekatan sistem (Wignjosoebroto, 1997).
(http://www.its.ac.id/personal/files/pub/2851-m_sritomo-ie-PERAN%20PERAN%20STRATEGIS%20DISIPLIN%20TEKNIK%20INDUSTRI.pdf)
SEKILAS TENTANG TEKNIK INDUSTRI
1. PENGERTIAN
Pengertian Teknik Industri berdasarkan IIE (Institute of Industrial and System Engineering) adalah sebagai berikut :
“Industrial Engineering is concerned with the design, improvement, and installation of integrated system of people, materials, information, equipment, and energy. It draws upon specialized knowledge and skill in the mathematical, physical, and social sciences together with the principles and methods of engineering analysis and design to specify, predict, and evaluate the result to be obtained from such system.”
Teknik Industri adalah suatu teknik yang mencakup bidang desain, perbaikan, dan pemasangan dari sistem integral yang terdiri dari manusia, bahan-bahan, informasi, peralatan dan energi. Hal ini digambarkan sebagai pengetahuan dan keterampilan yang spesifik pada metematika, fisika, dan ilmu-ilmu sosial bersama dengan prinsip dan metode dari analisis keteknikan dan desain untuk mengkhususkan, memprediksi, dan mengevaluasi hasil yang akan dicapai dari suatu sistem.
Teknik Industri berkenaan dengan proses untuk memperbaiki performansi keseluruhan dari sistem yang dapat diukur dari ukuran-ukuran ekonomi, pencapaian kualitas, dampak terhadap lingkungan, dan bagaimana semua hal tersebut dapat memberikan manfaat pada kehidupan manusia.
Teknik Industri juga dapat diartikan sebagai suatu teknik manajemen sistem, yaitu suatu teknik yang mengatur sistem tersebut secara keseluruhan dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang terkait. Aspek-aspek tersebut antara lain manusia sebagai aspek terpenting, mesin dan material. Teknik Industri mengatur agar sistem tersebut berjalan dengan cara yang paling produktif, efektif dan efisien.
2. PROFESI TEKNIK INDUSTRI
Seorang sarjana teknik industri menjadikan industri sebagai titik awal dan pusat pengembangan karirnya. sarjana teknik industri terlibat dalam pengorganisasian, desain tempat kerja dan laju aliran materi dalam proses produksi di pabrik. Lapangan kerja bagi sarjana teknik industri di zaman sekarang meluas, tidak hanya di manufaktur tetapi juga di bidang non-manufaktur seperti rumah sakit, toko retail, perbankan, dan lain-lain.
Dalam buku sumber, profesi teknik industri memiliki kompetensi-kompetensi berikut:
2.1 Work Design and Measurement
Teknik mengukur performa kerja supaya standar waktu kerja dapat ditentukan. Dengan begitu, jadwal kerja harian dapat dirancang dari jadwal produksi total (jangka panjang). Di bidang ini juga digunakan Predetermined Time Systems.
2.2 Plant Location and layout
Kemampuan tata letak dan lokasi pabrik, meliputi mengumpulkan, melakukan kompilasi, dan mengevaluasi data yang diperlukan untuk membuat keputusan lokasi terbaik untuk pabrik.
2.3 Engineering Economy
Kemampuan mengimplementasikan sisi ekonomi dalam engineering. Sesuai yang diajarkan oleh Henry Towne.
2.4 Production Planning and Inventory Control
Kemampuan mengeset level keseluruhan output manufaktur untuk mendapatkan rating produksi yang bisa meraih target perusahaan dan menjaga production force tetap stabil.
2.5 Statistical Quality Control
Kemampuan mendata output kerja secara statistik.
2.6 Linear Programming
Kemampuan menyederhanakan langkah kerja dan juga menyusun sistem kerja yang linear sehingga mempermudah produksi.
2.7 Operations Research
Kemampuan untuk survei dan riset mengenai sistem operasi yang baik dan efisien.
Dengan keahliannya, profesi-profesi yang tersedia bagi seorang sarjana teknik industri di antaranya:
A. Konsultan
Seorang sarjana teknik industri dapat mengevaluasi sitem kerja sebuah perusahaan dan mendesain sebuah solusi sistem yang lebih baik, untuk meningkatkan produktifitas perusahaan. 6 fungsi utama dari seorang Konsultan, yaitu:
• Mengembangkan dan mengoptimalisasikan potensi-potensi yang ada dalam suatu perusahaan atau industri.
• Memberikan saran-saran, menerapkan pengalaman-pengalamannya dalam suatu perusahaan.
• Menganalisa permasalahan yang ada dalam suatu perusahaan.
• Sebagai katalisator, dengan mengembangkan sistem manajerial.
• Mengadakan pelatihan dan pembelajaran.
• Menginovasikan, memadukan, dan menerjemahkan teknologi, program, dan pemecahan masalah.
B. Supervisor
Bidang ini mengawasi jalannya sistem produksi di pabrik. Supervisor membutuhkan pengetahuan tentang ergonomi kerja, statistik dan ilmu teknik industri lainnya.
C. Manajer
Sejak ditemukannya “scientific management” oleh Taylor dan “administrative and behaviour management”, sarjana teknik industri memiliki kompetensi untuk mengatur dan mengoptimasi kerja organisasi.
3. PROFIL LULUSAN TEKNIK INDUSTRI
Profil dan Kompetensi Sarjana Teknik Industri :
• Mampu mengidentifikasi, menformulasikan, dan memecahkan masalah-masalah sistem integral menggunakan alat-alat pokok analitikal, komputasional, dan/atau eksperimantal.
• Mempunyai wawasan luas sehingga dapat memahami dampak penerapan keilmuan Teknik Industri terhadap konteks global/sosial.
• Mampu berkomunikasi secara efektif
• Mampu bekerja sama dalam kelompok yang bersifat multi disiplin, baik dalam peran sebagai pemimpin maupun anggota kelompok.
• Mampu menerapkan teknik dan alat analisis baru yang diperlukan dalam menjalankan praktik profesi ke-teknik-industrian-nya.
• Memahami dan menyadari tanggung jawab profesi dan etika.
4. BASIC KNOWLEDGE AND TOOLS
Basic Knowledge : Tool :
> Mathematics > Industrial Engineering Method
> Physical Phenomena > Systemic and Integrated
> Engineering Sciences Process :
> Social Sciences > Design
5. KELOMPOK KEAHLIAN
5.1 Rekayasa Sistem Manufaktur
• Perancangan (Design): mampu merancang sistem manufaktur dimulai dari penjabaran kebutuhan pasar menjadi parameter design dan rancangan produk serta sistem manufakturnya.
• Perekayasaan (Engineering) : memahami rekayasa transformasi produksi khususnya yang terkait dengan interajsi man, machine dan material.
• Fabrikasi (Manufacturing) : mampu menangani proses pembuatan produk serta menguasai metode pengoperasian pabrik dan fungsi manajemen yang terkait serta perbaikannya (improvement).
• Wawasan usaha (Business Insight) : mampu mengidentifikasikan kebutuhan pasar serta peluang usaha dan memperkirakan kelayaka usahanya.
5.2 Rekayasa Manajemen Industri
• Perancangan (Design) : mampu merancang sistem manajemen yang sesuai dengan karakteristik sistem manufakturnya.
• Pengoperasian (Operation): memahami dan mampu menangani proses manajemen (Planning, Organizing, Actuating, Controlling), mampu untuk memimpin, memotivasi serta bekerja sama dengan berbagai unsur yang terkait (Leadership).
• Perbaikan (Improvement) : mampu mengenali masalah dan melakukan perbaikan
• Wawasan Usaha (Business Insight) : mampu mengidentifikasikan kebutuhan pasar serta peluang usaha dan memperkirakan kelayakan usahanya serta merealisasikannya.
Penilaian untuk bacaan ini: sangat bermanfaat untuk pemula yang ingin mengetahui tentang teknik industri.
(http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/1901719-sekilas-tentang-teknik-industri/
Pengertian Teknik Industri berdasarkan IIE (Institute of Industrial and System Engineering) adalah sebagai berikut :
“Industrial Engineering is concerned with the design, improvement, and installation of integrated system of people, materials, information, equipment, and energy. It draws upon specialized knowledge and skill in the mathematical, physical, and social sciences together with the principles and methods of engineering analysis and design to specify, predict, and evaluate the result to be obtained from such system.”
Teknik Industri adalah suatu teknik yang mencakup bidang desain, perbaikan, dan pemasangan dari sistem integral yang terdiri dari manusia, bahan-bahan, informasi, peralatan dan energi. Hal ini digambarkan sebagai pengetahuan dan keterampilan yang spesifik pada metematika, fisika, dan ilmu-ilmu sosial bersama dengan prinsip dan metode dari analisis keteknikan dan desain untuk mengkhususkan, memprediksi, dan mengevaluasi hasil yang akan dicapai dari suatu sistem.
Teknik Industri berkenaan dengan proses untuk memperbaiki performansi keseluruhan dari sistem yang dapat diukur dari ukuran-ukuran ekonomi, pencapaian kualitas, dampak terhadap lingkungan, dan bagaimana semua hal tersebut dapat memberikan manfaat pada kehidupan manusia.
Teknik Industri juga dapat diartikan sebagai suatu teknik manajemen sistem, yaitu suatu teknik yang mengatur sistem tersebut secara keseluruhan dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang terkait. Aspek-aspek tersebut antara lain manusia sebagai aspek terpenting, mesin dan material. Teknik Industri mengatur agar sistem tersebut berjalan dengan cara yang paling produktif, efektif dan efisien.
2. PROFESI TEKNIK INDUSTRI
Seorang sarjana teknik industri menjadikan industri sebagai titik awal dan pusat pengembangan karirnya. sarjana teknik industri terlibat dalam pengorganisasian, desain tempat kerja dan laju aliran materi dalam proses produksi di pabrik. Lapangan kerja bagi sarjana teknik industri di zaman sekarang meluas, tidak hanya di manufaktur tetapi juga di bidang non-manufaktur seperti rumah sakit, toko retail, perbankan, dan lain-lain.
Dalam buku sumber, profesi teknik industri memiliki kompetensi-kompetensi berikut:
2.1 Work Design and Measurement
Teknik mengukur performa kerja supaya standar waktu kerja dapat ditentukan. Dengan begitu, jadwal kerja harian dapat dirancang dari jadwal produksi total (jangka panjang). Di bidang ini juga digunakan Predetermined Time Systems.
2.2 Plant Location and layout
Kemampuan tata letak dan lokasi pabrik, meliputi mengumpulkan, melakukan kompilasi, dan mengevaluasi data yang diperlukan untuk membuat keputusan lokasi terbaik untuk pabrik.
2.3 Engineering Economy
Kemampuan mengimplementasikan sisi ekonomi dalam engineering. Sesuai yang diajarkan oleh Henry Towne.
2.4 Production Planning and Inventory Control
Kemampuan mengeset level keseluruhan output manufaktur untuk mendapatkan rating produksi yang bisa meraih target perusahaan dan menjaga production force tetap stabil.
2.5 Statistical Quality Control
Kemampuan mendata output kerja secara statistik.
2.6 Linear Programming
Kemampuan menyederhanakan langkah kerja dan juga menyusun sistem kerja yang linear sehingga mempermudah produksi.
2.7 Operations Research
Kemampuan untuk survei dan riset mengenai sistem operasi yang baik dan efisien.
Dengan keahliannya, profesi-profesi yang tersedia bagi seorang sarjana teknik industri di antaranya:
A. Konsultan
Seorang sarjana teknik industri dapat mengevaluasi sitem kerja sebuah perusahaan dan mendesain sebuah solusi sistem yang lebih baik, untuk meningkatkan produktifitas perusahaan. 6 fungsi utama dari seorang Konsultan, yaitu:
• Mengembangkan dan mengoptimalisasikan potensi-potensi yang ada dalam suatu perusahaan atau industri.
• Memberikan saran-saran, menerapkan pengalaman-pengalamannya dalam suatu perusahaan.
• Menganalisa permasalahan yang ada dalam suatu perusahaan.
• Sebagai katalisator, dengan mengembangkan sistem manajerial.
• Mengadakan pelatihan dan pembelajaran.
• Menginovasikan, memadukan, dan menerjemahkan teknologi, program, dan pemecahan masalah.
B. Supervisor
Bidang ini mengawasi jalannya sistem produksi di pabrik. Supervisor membutuhkan pengetahuan tentang ergonomi kerja, statistik dan ilmu teknik industri lainnya.
C. Manajer
Sejak ditemukannya “scientific management” oleh Taylor dan “administrative and behaviour management”, sarjana teknik industri memiliki kompetensi untuk mengatur dan mengoptimasi kerja organisasi.
3. PROFIL LULUSAN TEKNIK INDUSTRI
Profil dan Kompetensi Sarjana Teknik Industri :
• Mampu mengidentifikasi, menformulasikan, dan memecahkan masalah-masalah sistem integral menggunakan alat-alat pokok analitikal, komputasional, dan/atau eksperimantal.
• Mempunyai wawasan luas sehingga dapat memahami dampak penerapan keilmuan Teknik Industri terhadap konteks global/sosial.
• Mampu berkomunikasi secara efektif
• Mampu bekerja sama dalam kelompok yang bersifat multi disiplin, baik dalam peran sebagai pemimpin maupun anggota kelompok.
• Mampu menerapkan teknik dan alat analisis baru yang diperlukan dalam menjalankan praktik profesi ke-teknik-industrian-nya.
• Memahami dan menyadari tanggung jawab profesi dan etika.
4. BASIC KNOWLEDGE AND TOOLS
Basic Knowledge : Tool :
> Mathematics > Industrial Engineering Method
> Physical Phenomena > Systemic and Integrated
> Engineering Sciences Process :
> Social Sciences > Design
5. KELOMPOK KEAHLIAN
5.1 Rekayasa Sistem Manufaktur
• Perancangan (Design): mampu merancang sistem manufaktur dimulai dari penjabaran kebutuhan pasar menjadi parameter design dan rancangan produk serta sistem manufakturnya.
• Perekayasaan (Engineering) : memahami rekayasa transformasi produksi khususnya yang terkait dengan interajsi man, machine dan material.
• Fabrikasi (Manufacturing) : mampu menangani proses pembuatan produk serta menguasai metode pengoperasian pabrik dan fungsi manajemen yang terkait serta perbaikannya (improvement).
• Wawasan usaha (Business Insight) : mampu mengidentifikasikan kebutuhan pasar serta peluang usaha dan memperkirakan kelayaka usahanya.
5.2 Rekayasa Manajemen Industri
• Perancangan (Design) : mampu merancang sistem manajemen yang sesuai dengan karakteristik sistem manufakturnya.
• Pengoperasian (Operation): memahami dan mampu menangani proses manajemen (Planning, Organizing, Actuating, Controlling), mampu untuk memimpin, memotivasi serta bekerja sama dengan berbagai unsur yang terkait (Leadership).
• Perbaikan (Improvement) : mampu mengenali masalah dan melakukan perbaikan
• Wawasan Usaha (Business Insight) : mampu mengidentifikasikan kebutuhan pasar serta peluang usaha dan memperkirakan kelayakan usahanya serta merealisasikannya.
Penilaian untuk bacaan ini: sangat bermanfaat untuk pemula yang ingin mengetahui tentang teknik industri.
(http://id.shvoong.com/internet-and-technologies/1901719-sekilas-tentang-teknik-industri/
Sabtu, 29 Mei 2010
Hubungan Disiplin Teknik Industri dengan Disiplin Ilmu lain
ILMU DASAR DISIPLIN TEKNIK INDUSTRI
Ilmu-ilmu operasional yang meliputi :
• Analisis dan perancangan kerja.
• Pengawasan operasi.
• Manajemen operasi.
Tiga kriteria yang harus dilakukan agar aplikasi TI dapat berhasil yaitu :
• Kualitas.
• Waktu.
• Biaya.
Tujuan TI ~ menjamin bahwa produk/jasa yang dihasilkan berkualitas, tepat waktu dan dengan biaya yang sesuai.
Ilmu yang termasuk dalam analisis dan perancangan operasi adalah :
Analisis Perancangan Kerja (Method engineering) merupakan studi yang mempelajari secara sistematis seluruh operasi langsung & tdk langsung unt mendapatkan perbaikan-perbaikan sistem kerja. Dalam ME dibahas studi kerja (work study) & pengukuran kerja (work measurement). Studi kerja berkaitan dengan pencarian prosedur pelaksanaan kerja. Pengukuran kerja berkaitan dengan penentuan waktu standar yang digunakan dalam melaksanaan kegiatan kerja.
Ergonomi (Human factor) adalah ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan orang dengan lingkungan kerjanya. Ilmu ini muncul akibat banyaknya kesalahan yang dilakukan dalam proses kerja yaitu kesalahan dalam perancangan atau prosedur kerja. Sejumlah peralatan kerja dirancang tidak sesuai dengan kondisi fisik, psikis dan lingkungannya. Empat dasar subkategori utama dalam ergonomi, yaitu : skeletal/muscular (kerangka/otot); sensory (alat indera); environmental (lingkungan) dan mental.
Perencanaan dan Perancangan Fasilitas meliputi penentuan/penempatan lokasi fasilitas, tat letak fasilitas. Tujuan dari perencanaan & perancangan fasilitas adalah untuk mendapatkan biaya yang minimaum.
Material Handling, tujuan dari MH adalah untuk meminimumkan MHC, karena seringkali MH menimbulkan biaya yang tdk sedikit.
Riset Operasional, meliputi penentuan pola-pola distribusi barang, pola-pola jaringan yang efisien dan optimalitas.
Sistem Produksi , aktivitas mengolah atau mengatur penggunaan sumber daya (resources) yang ada dlm memproduksi barang/ jasa dengan tujuan efisiensi dan efektifitas dalam proses produksi. Termasuk dalam aktivitas proses produksi adalah : pemilihan mesin, estimasi biaya, sistem perawatan, sistem produksi tepat waktu (just in time), pengawasan persedian, pengendalian kualitas, dan lain-lain.
Manajemen, merupakan karya seni dan ilmu dalam memerintah, mengatur orang dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), dan pengawasan (controlling).
Simulasi, suatu metodologi untuk melakukan percobaan dengan menggunakan model dari sistem nyata. Seperti antrian orang di airport, antrian mobil di SPBU/parkir, nasabah di Bank, barang yang antri di proses produksi dan lain-lain. (202.91.15.14/upload/files/2523_WEB-Joko.ppt).
Ilmu-ilmu operasional yang meliputi :
• Analisis dan perancangan kerja.
• Pengawasan operasi.
• Manajemen operasi.
Tiga kriteria yang harus dilakukan agar aplikasi TI dapat berhasil yaitu :
• Kualitas.
• Waktu.
• Biaya.
Tujuan TI ~ menjamin bahwa produk/jasa yang dihasilkan berkualitas, tepat waktu dan dengan biaya yang sesuai.
Ilmu yang termasuk dalam analisis dan perancangan operasi adalah :
Analisis Perancangan Kerja (Method engineering) merupakan studi yang mempelajari secara sistematis seluruh operasi langsung & tdk langsung unt mendapatkan perbaikan-perbaikan sistem kerja. Dalam ME dibahas studi kerja (work study) & pengukuran kerja (work measurement). Studi kerja berkaitan dengan pencarian prosedur pelaksanaan kerja. Pengukuran kerja berkaitan dengan penentuan waktu standar yang digunakan dalam melaksanaan kegiatan kerja.
Ergonomi (Human factor) adalah ilmu yang mempelajari tentang keterkaitan orang dengan lingkungan kerjanya. Ilmu ini muncul akibat banyaknya kesalahan yang dilakukan dalam proses kerja yaitu kesalahan dalam perancangan atau prosedur kerja. Sejumlah peralatan kerja dirancang tidak sesuai dengan kondisi fisik, psikis dan lingkungannya. Empat dasar subkategori utama dalam ergonomi, yaitu : skeletal/muscular (kerangka/otot); sensory (alat indera); environmental (lingkungan) dan mental.
Perencanaan dan Perancangan Fasilitas meliputi penentuan/penempatan lokasi fasilitas, tat letak fasilitas. Tujuan dari perencanaan & perancangan fasilitas adalah untuk mendapatkan biaya yang minimaum.
Material Handling, tujuan dari MH adalah untuk meminimumkan MHC, karena seringkali MH menimbulkan biaya yang tdk sedikit.
Riset Operasional, meliputi penentuan pola-pola distribusi barang, pola-pola jaringan yang efisien dan optimalitas.
Sistem Produksi , aktivitas mengolah atau mengatur penggunaan sumber daya (resources) yang ada dlm memproduksi barang/ jasa dengan tujuan efisiensi dan efektifitas dalam proses produksi. Termasuk dalam aktivitas proses produksi adalah : pemilihan mesin, estimasi biaya, sistem perawatan, sistem produksi tepat waktu (just in time), pengawasan persedian, pengendalian kualitas, dan lain-lain.
Manajemen, merupakan karya seni dan ilmu dalam memerintah, mengatur orang dengan menggunakan fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan (planning), pengorganisasian (organizing), dan pengawasan (controlling).
Simulasi, suatu metodologi untuk melakukan percobaan dengan menggunakan model dari sistem nyata. Seperti antrian orang di airport, antrian mobil di SPBU/parkir, nasabah di Bank, barang yang antri di proses produksi dan lain-lain. (202.91.15.14/upload/files/2523_WEB-Joko.ppt).
Definisi Dan Ruang Lingkup Teknik Industri
Menurut Blanchard, teknik industri adalah aplikasi sistematis dari kombinasi sumberdaya fisik dan alam dengan suatu cara tertentu untuk menciptakan, mengembangkan,memproduksi dan mendukung suatu produk atau suatu proses dimana secara ekonomis mencakup beberapa bentuk kegunaan bagi manusia.
Menurut Institute of Industrial Engineering (IIE), teknik industri adalah disiplin ilmu teknik/engineering yang menangani pekerjaan-pekerjaan perancangan (design), perbaikan (improvement), penginstalasian (installation), dan menangani masalah manusia, peralatan, bahan/material, informasi, energi secara efektif dan efisien.
Aktifitas-aktivitas yg dpt dilakukan disiplin Teknil Industri (menurut American Institute of Industrial Engineering = AIIE) adalah :
1. Perencanaan dan pemilihan metode kerja dalam proses produksi.
2. Pemilihan dan perancangan perkakas kerja serta peralatan yang dibutuhkan dalam proses produksi.
3. Desain fasilitas pabrik, termasuk perencanaan tata letak asilitas produksi, peralatan pemindahan material.
4. Desain dan perbaikan sistem perencanaan dan pengendalian untuk distribusi barang/jasa, pengendalian persediaan, pengendalian kualitas.
5. Pengembangan system pengendalian ongkos produksi (pengendalian budget, analisa biaya standar produksi, dll).
6. Perancangan dan pengembangan produk.
7. Desain dan pengembangan system pengukuran performans serta standar kerja.
8. Pengembangan dan penerapan system pengupahan dan pemberian insentif.
9. Perencanaan dan pengembangan organisasi, prosedur kerja.
10. Analisa lokasi dengan mempertimbangkan pemasaran, bahan baku, suplai TK.
11. Aktivitas penyelidikan operasional dengan analisa matematik, simulasi, program linier, teori pengambilan keputusan dll.
Perkembangan dan Organisasi yang mendukung berdirinya disiplin Teknik Industri :
a. American Society of Mechanical Engineering (ASME). Organisasi ini pertama kali mendiskusikan konsep-konsep teknik industri dan merupakan persemaian dari timbulnya konsep teknik industri.
b. Pada thn 1912 berdiri organisasi bernama. The Efficiency Society dan The Society to Promote the Science of Management yang kemudian pada tahun 1915 keduanya bergabung menjadi The Taylor Society. Organisasi ini bertujuan mengembangkan konsep-konsep manajemen umum yang yang diperkenalkan oleh Frederick Winslow Taylor.
c. Tahun 1917 berdiri Society of Industrial Engineering (SIE) yang mewadahi para spesialis produksi maupun para manajer sebagai pembanding terhadap filosofi manajemen umum yang telah dikembangkan oleh Taylor.
d. Tahun 1917 berdiri Society of Industrial Engineering (SIE) yang mewadahi para spesialis produksi maupun para manajer sebagai pembanding terhadap filosofi manajemen umum yang telah dikembangkan oleh Taylor.
e. Tahun 1932 berdiri The Society of Manufacturing Engineer (SME) untuk mengembangkan pengetahuan di bidang manufaktur.
f. Tahun 1936 The taylor Society dan The Society of Industrial Engineering bergabung menjadi The Society for Advancement Management (SAM).
g. Program studi Teknik Industri pertama kali dibuka pada tahun 1908 di Pennsylvania State University.
h. Tahun 1948 berdiri The American Society of Industrial Engineering dengan didukung sekitar 70 negara AIIE berkembang menjadi organisasi internasional dengan nama Institute of Industrial Engineering (IIE).
i. Pendidikan Teknik Industri di Indonesia diperkenalkan oleh Bapak Matthias Aroef pada tahun 1958 setelah menyelesaikan studi di Cornell University.
j. Tahun 1960 membuka sub jurusan Teknik Produksi di Jurusan Teknik Mesin, sebagai embrio berdirinya Teknik Industri.
k. Tahun 1971 berdiri Jurusan Teknik Industri yang terpisah dengan Teknik Mesin yang kemudian mengawali pendidikan Teknik Industri di Indonesia.
l. Pada saat ini telah berkembang pendidikan Teknik Industri baik di PTN maupu PTS.
m. Tahun 1967 berdiri Persatuan Ahli Teknik Industri (Persati), kemudian pada tahun 1987 berdiri Ikatan Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri Indonesia (ISTMI) sampai saat ini.(202.91.15.14/upload/files/2523_WEB-Joko.ppt).
Menurut Institute of Industrial Engineering (IIE), teknik industri adalah disiplin ilmu teknik/engineering yang menangani pekerjaan-pekerjaan perancangan (design), perbaikan (improvement), penginstalasian (installation), dan menangani masalah manusia, peralatan, bahan/material, informasi, energi secara efektif dan efisien.
Aktifitas-aktivitas yg dpt dilakukan disiplin Teknil Industri (menurut American Institute of Industrial Engineering = AIIE) adalah :
1. Perencanaan dan pemilihan metode kerja dalam proses produksi.
2. Pemilihan dan perancangan perkakas kerja serta peralatan yang dibutuhkan dalam proses produksi.
3. Desain fasilitas pabrik, termasuk perencanaan tata letak asilitas produksi, peralatan pemindahan material.
4. Desain dan perbaikan sistem perencanaan dan pengendalian untuk distribusi barang/jasa, pengendalian persediaan, pengendalian kualitas.
5. Pengembangan system pengendalian ongkos produksi (pengendalian budget, analisa biaya standar produksi, dll).
6. Perancangan dan pengembangan produk.
7. Desain dan pengembangan system pengukuran performans serta standar kerja.
8. Pengembangan dan penerapan system pengupahan dan pemberian insentif.
9. Perencanaan dan pengembangan organisasi, prosedur kerja.
10. Analisa lokasi dengan mempertimbangkan pemasaran, bahan baku, suplai TK.
11. Aktivitas penyelidikan operasional dengan analisa matematik, simulasi, program linier, teori pengambilan keputusan dll.
Perkembangan dan Organisasi yang mendukung berdirinya disiplin Teknik Industri :
a. American Society of Mechanical Engineering (ASME). Organisasi ini pertama kali mendiskusikan konsep-konsep teknik industri dan merupakan persemaian dari timbulnya konsep teknik industri.
b. Pada thn 1912 berdiri organisasi bernama. The Efficiency Society dan The Society to Promote the Science of Management yang kemudian pada tahun 1915 keduanya bergabung menjadi The Taylor Society. Organisasi ini bertujuan mengembangkan konsep-konsep manajemen umum yang yang diperkenalkan oleh Frederick Winslow Taylor.
c. Tahun 1917 berdiri Society of Industrial Engineering (SIE) yang mewadahi para spesialis produksi maupun para manajer sebagai pembanding terhadap filosofi manajemen umum yang telah dikembangkan oleh Taylor.
d. Tahun 1917 berdiri Society of Industrial Engineering (SIE) yang mewadahi para spesialis produksi maupun para manajer sebagai pembanding terhadap filosofi manajemen umum yang telah dikembangkan oleh Taylor.
e. Tahun 1932 berdiri The Society of Manufacturing Engineer (SME) untuk mengembangkan pengetahuan di bidang manufaktur.
f. Tahun 1936 The taylor Society dan The Society of Industrial Engineering bergabung menjadi The Society for Advancement Management (SAM).
g. Program studi Teknik Industri pertama kali dibuka pada tahun 1908 di Pennsylvania State University.
h. Tahun 1948 berdiri The American Society of Industrial Engineering dengan didukung sekitar 70 negara AIIE berkembang menjadi organisasi internasional dengan nama Institute of Industrial Engineering (IIE).
i. Pendidikan Teknik Industri di Indonesia diperkenalkan oleh Bapak Matthias Aroef pada tahun 1958 setelah menyelesaikan studi di Cornell University.
j. Tahun 1960 membuka sub jurusan Teknik Produksi di Jurusan Teknik Mesin, sebagai embrio berdirinya Teknik Industri.
k. Tahun 1971 berdiri Jurusan Teknik Industri yang terpisah dengan Teknik Mesin yang kemudian mengawali pendidikan Teknik Industri di Indonesia.
l. Pada saat ini telah berkembang pendidikan Teknik Industri baik di PTN maupu PTS.
m. Tahun 1967 berdiri Persatuan Ahli Teknik Industri (Persati), kemudian pada tahun 1987 berdiri Ikatan Sarjana Teknik Industri dan Manajemen Industri Indonesia (ISTMI) sampai saat ini.(202.91.15.14/upload/files/2523_WEB-Joko.ppt).
Sistem Hukum Industri dan Perkembangannya dalam sistem hukum global
Sistem hukum industri memiliki dimensi yang sangat luas dan kompleks serta multidisciplinary, yaitu menyangkut anasir-anasir berikut :
• Hukum sebagai sarana pembaharuan/ pembangunan di bidang industri dalam perspektif ilmu-ilmu yang lain.
• Hukum industri dalam sistem kawasan berdasarkan hukum tata ruang.
• Hukum industri dalam sistem perizinan yang bersifat lintas lembaga dan yurisdiksi hukum industri dalam perspektif global dan lokal.
• Hukum alih teknologi, desain produksi dan hukum konstruksi serta standardisasi
• Masalah tanggungjawab dalam sistem hukum industri.
• Pergeseran hudaya hukum dari ‘ command and control’ ke ‘self-regulatory system’ untuk mengurangi ongkos birokrasi.
Keterkaitan industri lokal dengan aturan main di industri global merupakan sebuah keniscayaan. Adanya GATT dan WTO yang merupakan wadah yang mengatur tata industri baru di dunia memaksa setiap negara yang apabila ingin ikut berpartisipasi dalam pusaran pergerakan ekonomi dunia harus menyesuaikan perangkat hukum dan standarisasi industrinya. Beberapa system hukum global yang harus diadopt dunia antara lain adalah aturan WTO mengenai penundukan sukarela terhadap aturan kelembagaan dunia, ketaatan kepada ketentuan mengenai tarif dan hambatan non tarif, ketentuan-ketentuan mengenai objek sengketa dan mekanisme penyelesaian sengketa, standardisasi dan penghormatan terhadap putusan hukum arbitrase.
Interaksi dalam pergaulan nasional terhadap global mempengaruhi sistem hukum termasuk pengembangan sistem hukum nasional. Peran panel ahli menjadi lebih menonjol dibandingkan dengan peran birokrasi untuk menyelesaikan sengketa bisnis. Muara daripada perkembangan sistem hukum adalah mendorong industrial self-regulatory system, sementara sistem hukum publik diharapkan hanya terbatas untuk mengatur tata lintas hukum perdata internasional, dan menjadi fasilitator dalam pengembangan tata dunia baru yang modern dan almost borderless. Kemajuan teknologi komunikasi memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan sistem hukum dan tata dunia baru tersebut. (http://maspurba.wordpress.com/hukum-industri/)
• Hukum sebagai sarana pembaharuan/ pembangunan di bidang industri dalam perspektif ilmu-ilmu yang lain.
• Hukum industri dalam sistem kawasan berdasarkan hukum tata ruang.
• Hukum industri dalam sistem perizinan yang bersifat lintas lembaga dan yurisdiksi hukum industri dalam perspektif global dan lokal.
• Hukum alih teknologi, desain produksi dan hukum konstruksi serta standardisasi
• Masalah tanggungjawab dalam sistem hukum industri.
• Pergeseran hudaya hukum dari ‘ command and control’ ke ‘self-regulatory system’ untuk mengurangi ongkos birokrasi.
Keterkaitan industri lokal dengan aturan main di industri global merupakan sebuah keniscayaan. Adanya GATT dan WTO yang merupakan wadah yang mengatur tata industri baru di dunia memaksa setiap negara yang apabila ingin ikut berpartisipasi dalam pusaran pergerakan ekonomi dunia harus menyesuaikan perangkat hukum dan standarisasi industrinya. Beberapa system hukum global yang harus diadopt dunia antara lain adalah aturan WTO mengenai penundukan sukarela terhadap aturan kelembagaan dunia, ketaatan kepada ketentuan mengenai tarif dan hambatan non tarif, ketentuan-ketentuan mengenai objek sengketa dan mekanisme penyelesaian sengketa, standardisasi dan penghormatan terhadap putusan hukum arbitrase.
Interaksi dalam pergaulan nasional terhadap global mempengaruhi sistem hukum termasuk pengembangan sistem hukum nasional. Peran panel ahli menjadi lebih menonjol dibandingkan dengan peran birokrasi untuk menyelesaikan sengketa bisnis. Muara daripada perkembangan sistem hukum adalah mendorong industrial self-regulatory system, sementara sistem hukum publik diharapkan hanya terbatas untuk mengatur tata lintas hukum perdata internasional, dan menjadi fasilitator dalam pengembangan tata dunia baru yang modern dan almost borderless. Kemajuan teknologi komunikasi memberikan sumbangan besar terhadap pengembangan sistem hukum dan tata dunia baru tersebut. (http://maspurba.wordpress.com/hukum-industri/)
PENGANTAR TEKNIK INDUSTRI
A. Pengertian
Teknik industri didefinisikan sebagai suatu ilmu teknik yang berkaitan dengan perancangan, perbaikan serta instalasi sistem-sistem yang terintegrasi, yaitu setiap sistem yang terdiri dari manusia, mesin/ peralatan, informasi dan energi (misalkan suatu pabrik).
Ilmu teknik industri memanfaatkan ilmu dan keterampilan tertentu (seperti matematika, fisika, ilmu-ilmu sosial, prinsip-prinsip, methoda analisa serta perancangan dalam bidang teknik) untuk menyatakan, memperkirakan serta mengevaluasi hasil kerja dari sistem terintegrasi di atas.
B. Peminatan TI
Peminatan Teknik Industri terdiri dari dua, yaitu :
1. Sistem Manufaktur
Menekankan pada pembahasan hard system dalam disiplin teknik industri sehingga komponen sistem integral yang dipelajari mempunyai porsi yang merata dengan memperhatikan sistem manual, semi otomatis dan otomatis dalam manufaktur.
2. Manajemen Industri
Menekankan pada pembahasan soft system dalam disiplin teknik industri, dimana komponen manusia sebagai pelaku sistem integral.
C. Sejarah Teknik Industri
1. Sejarah Singkat Engineering
Joe Ogg pimpinan dalam pembuatan film cartoon pada AIIE (American Institute of Industrial Engineering) yang menggambarkan secara primitif :
- Spesialisasi pekerja.
- Methods Study.
- Material Handling.
- Quality Control.
Hal ini diperkirakan terjadi antara 10.000 – 1 juta tahun yang lalu.
* Revolusi Agricultural di Syria dan Iran tahun 8.000 SM.
Di sepanjang sungai: Nil, Euphrates dan Indus menjadi pusat perkembangan populasi penduduk. Di sini mulai berkembang tulis menulis (Writing), sistem pemerintah lokal (Local Government) dan Sains (Science). Sedangkan Untuk pertahanan militer dibangun tembok sebagai benteng di sepanjang sungai tersebut. Sehingga pada zaman ini mulai dikenal engineer di bidang arsitek, irigasi dan militer.
* Egyptian Engineering
Wall of Memphis ( 12 mil ke Utara dari Kairo ).
Hidup seorang raja arsitek bernama Kanofer yang mempunyai anak bernama Imhotep seorang arsitek. Walaupun Imhotep ini seorang arsitek tetapi dia telah meletakkan elemen dasar dari Engineering.
King Khufu’s (Great Piramid) dengan spesifikasi :
756 feet square.
480 feet tinggi.
2.300.000 blok batu @ 2,5 ton (rata-rata).
* Mesopotamian Engineering
Terletak di sebelah Utara Iran : antara Tigris dan Euphrates.
* Greek Engineering
Di Yunani menjadi gudang :
- Seni
- Filosofi
- Sains
- Literatur
- Pemerintahan.
Sekitar 500 – 400 tahun SM menjadi jaman keemasan Yunani ( Golden Age of Greece) di antaranya terdapat filsup terkenal Aristoteles, Plato dan lain-lain.
* Rome Engineering
Perkembangan :
- Civil
- Jalan.
- Jembatan.
- Bangunan.
* Oriental Engineering.
* Europe Engineering.
D. Sejarah Singkat TI
1. Adam Smith
Orang pertama yang memberikan perhatian terhadap bagaimana berproduksi secara efisien (production economics) adalah Adam Smith. Dengan bukunya The Wealth of Nation (1776) ia mempelopori spesialisasi pekerja. Dia melakukan perubahan besar dimana seorang pekerja dapat menghasilkan 1000 pin per hari, setelah digunakan spesialisasi pekerja 10 pekerja dapat menghasilkan 48.000 pin per hari dengan membuat 4 kelompok kerja.
Menurut Adam Smith ada 3 keuntungan yang diperoleh dari adanya spesialisasi pekerja, yaitu :
- Bertambahnya kecakapan atau keterampilan seseorang, jika orang tersebut mengerjakan sesuatu secara berulang-ulang.
- Hemat waktu, yang biasanya hilang karena sering bergantinya pekerjaan, dari mengerjakan sesuatu berpindah mengerjakan yang lain.
- Ditemukannya mesin-mesin atau alat – alat terspesialisir.
Dengan mengkombinasikan ketiga keuntungan tersebut, maka hal ini akan memberikan efisiensi dalam suatu perusahaan yang mengadakan devision of labor karena ongkos/ biaya rendah dan jumlah produksi meningkat.
2. Charles Babbage (1832)
Seorang ahli matematik dan ilmuwan yang menyelidiki proses produksi lebih mendalam lagi.
Setelah melalui penyelidikan yang mendalam, dia berpendapat bahwa pada proses produksi barang-barang terdapat keadaan yang tidak ekonomis, dalam hal pemakaian mesin-mesin dan tenaga manusia.
Bukunya yang berjudul On The Economy of Machinery and Mfg (1852) mengemukakan persoalan bagaimana kita menggunakan mesin-mesin dan mengorganisir orang-orang untuk memproduksi barang-barang dengan efisien dan efektif produsen menggunakan “Scientific Methods“ (Mengkombinasikan faktor-faktor produksi sehingga produksi meningkat dan biaya rendah).
Selalin memperkuat pendapat Adam Smith (Devision of Labor menguntungkan) Charles Babbage juga memperkenalkan Limiting Skill sebagai dasar untuk pembayaran upah.
Hal ini menunjukkan bahwa skills dan waktu yang diperlukan untuk setiap pekerja harus ditentukan atas dasar penyelidikan yang rasional (Skill and Time Studies ).
Dalam hal ini Charles Babbage melakukan penyelidikan atas time studies terhadap pembuatan peniti yaitu menyelidiki berapa waktu yang dibutuhkan untuk “ Time Studies”.
Pada dasarnya Charles Babbage telah memperbaiki idea divison of labor -nya Adam Smith dan mengajukan persoalan apa yang dinamakan “ fair day’s wage, for a fair day’s work” (Upah yang layak untuk pekerjaannya satu hari).
3. Ferdinant Willem Taylor – Pengukuran Waktu.
Ia bekerja di pabrik Baja AS tahun 1881 sebagai pengawas dan melihat pekerja tidak bekerja sebagaimana mestinya. Karena pengaturan jam kerja yang tidak baik. Menugaskan 2 pekerja :
Untuk mengukur seberapa besar tenaga seorang pekerja harus dikeluarkan agar pekerja tersebut dapat memberi hasil maksimal, bukan mengukur kekuatan maksimal.
Bekerja sekuat-kuatnya – hasil banyak tetapi melelahkan dan tidak tahan lama.
Bekerja dengan tenaga sedikit - tahan lama tetapi hasil sedikit.
Diantara keduanya.
Hasil kerja sangat dipengaruhi oleh :
- Lamanya waktu bekerja.
- Lamanya waktu istirahat.
- Frekwensi istirahat.
Jadi bekerja 6 jam dan istirahat 1 jam berbeda hasil yang dicapainya dengan bekerja 5 jam dan istirahat 1 jam atau 2 jam. Begitu pula akan lain hasilnya bila bekerja dengan istirahat dua kali setengah jam.
Sehubungan dengan penerapan hasil penemuannya ini, Taylor melakukan pengukuran – pengukuran waktu dengan menggunakan jam henti (Stop Watch). Sejak itulah pengukuran waktu secara teliti dan ilmiah mulai dilakukan. Dari pengukuran waktu jam henti inilah berkembang cara – cara lain seperti Data Waktu Baku, Data Waktu Gerakan, dan juga Sampling Pekerjaan.
Salah satu percbaan Taylor yang terkenal adalah percobaan menyekop dan mengangkat bijih – bijih besi.
Dua pekerja menyekop dari sekop yang terkecil sampai yang terbesar, ternyata sekop ukuran 21,5 lb yang banyak menghasilkan.
Artinya sekop – sekop yang berukuran lebih kecil atau lebih besar dari 21,5 lb tidak menghasilkan pemindahan sebanyak itu.
Secara umum dapat dikatakan jika bagi pekerjaan sejenis itu dibuatkan grafik yang menunjukkan hubungan antara beban hasil kerja total maka akan terlihat gambar berikut :
Hasil temuan Taylor :
1. Pemikiran dan usaha untuk menyelesaikan berbagai masalah secara ilmiah – The Scientific Management.
2. Mengembangkan bentuk organisasi fungsional.
Rumus umur pahat Taylor.
3. Menyelidiki faktor – faktor yang mempengaruhi umur pahat
4. FB Gilbreth (Studi Gerakan)
Pada mulanya merupakan seorang Kontraktor bangunan di AS :
“ Melihat adanya ketidakefisienan gerakan-gerakan kerja menyusun batu bata”.
Dibantu Lilian, istrinya seorang Psikolog, Gilberth melakukan penelitian – penelitian. Gerakan – gerakan kerja yang dilakukan pekerja diamati dan diteliti antara lain dengan menggunakan kamera – kamera film untuk merekamnya dan kemudian mempelajari hasilnya dengan kecepatan putar yang sangat lambat.
Dari penelitian – penelitian itu akhirnya Gilberth mendapatkan suatu prosedur untuk menganalisa gerakan kerja dan memperbaikinya. Prosedur itu adalah membagi gerakan-gerakan kerja menjadi elemen-elemen gerakan dasar yang merupakan bagian dari suatu gerakan misalnya gerakan tangan mengambil sebuah gelas diurai menjadi :
- Menjangkau [Reach = Re]
- Memegang [Grasp = G]
- Mengangkut [Move = M]
Gerakan Therblig. Elemen gerakan yang dikembangkan Gilberth berjumlah 17 buah elemen gerakan
Prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk :
Mendapatkan suatu sistem kerja yang terancang baik sehingga memudahkan dan menyamankan gerakan-gerakan kerja untuk sejauh mungkin menghindarkan atau melambatkan datangnya kelelahan (Fatique).
Teknik industri didefinisikan sebagai suatu ilmu teknik yang berkaitan dengan perancangan, perbaikan serta instalasi sistem-sistem yang terintegrasi, yaitu setiap sistem yang terdiri dari manusia, mesin/ peralatan, informasi dan energi (misalkan suatu pabrik).
Ilmu teknik industri memanfaatkan ilmu dan keterampilan tertentu (seperti matematika, fisika, ilmu-ilmu sosial, prinsip-prinsip, methoda analisa serta perancangan dalam bidang teknik) untuk menyatakan, memperkirakan serta mengevaluasi hasil kerja dari sistem terintegrasi di atas.
B. Peminatan TI
Peminatan Teknik Industri terdiri dari dua, yaitu :
1. Sistem Manufaktur
Menekankan pada pembahasan hard system dalam disiplin teknik industri sehingga komponen sistem integral yang dipelajari mempunyai porsi yang merata dengan memperhatikan sistem manual, semi otomatis dan otomatis dalam manufaktur.
2. Manajemen Industri
Menekankan pada pembahasan soft system dalam disiplin teknik industri, dimana komponen manusia sebagai pelaku sistem integral.
C. Sejarah Teknik Industri
1. Sejarah Singkat Engineering
Joe Ogg pimpinan dalam pembuatan film cartoon pada AIIE (American Institute of Industrial Engineering) yang menggambarkan secara primitif :
- Spesialisasi pekerja.
- Methods Study.
- Material Handling.
- Quality Control.
Hal ini diperkirakan terjadi antara 10.000 – 1 juta tahun yang lalu.
* Revolusi Agricultural di Syria dan Iran tahun 8.000 SM.
Di sepanjang sungai: Nil, Euphrates dan Indus menjadi pusat perkembangan populasi penduduk. Di sini mulai berkembang tulis menulis (Writing), sistem pemerintah lokal (Local Government) dan Sains (Science). Sedangkan Untuk pertahanan militer dibangun tembok sebagai benteng di sepanjang sungai tersebut. Sehingga pada zaman ini mulai dikenal engineer di bidang arsitek, irigasi dan militer.
* Egyptian Engineering
Wall of Memphis ( 12 mil ke Utara dari Kairo ).
Hidup seorang raja arsitek bernama Kanofer yang mempunyai anak bernama Imhotep seorang arsitek. Walaupun Imhotep ini seorang arsitek tetapi dia telah meletakkan elemen dasar dari Engineering.
King Khufu’s (Great Piramid) dengan spesifikasi :
756 feet square.
480 feet tinggi.
2.300.000 blok batu @ 2,5 ton (rata-rata).
* Mesopotamian Engineering
Terletak di sebelah Utara Iran : antara Tigris dan Euphrates.
* Greek Engineering
Di Yunani menjadi gudang :
- Seni
- Filosofi
- Sains
- Literatur
- Pemerintahan.
Sekitar 500 – 400 tahun SM menjadi jaman keemasan Yunani ( Golden Age of Greece) di antaranya terdapat filsup terkenal Aristoteles, Plato dan lain-lain.
* Rome Engineering
Perkembangan :
- Civil
- Jalan.
- Jembatan.
- Bangunan.
* Oriental Engineering.
* Europe Engineering.
D. Sejarah Singkat TI
1. Adam Smith
Orang pertama yang memberikan perhatian terhadap bagaimana berproduksi secara efisien (production economics) adalah Adam Smith. Dengan bukunya The Wealth of Nation (1776) ia mempelopori spesialisasi pekerja. Dia melakukan perubahan besar dimana seorang pekerja dapat menghasilkan 1000 pin per hari, setelah digunakan spesialisasi pekerja 10 pekerja dapat menghasilkan 48.000 pin per hari dengan membuat 4 kelompok kerja.
Menurut Adam Smith ada 3 keuntungan yang diperoleh dari adanya spesialisasi pekerja, yaitu :
- Bertambahnya kecakapan atau keterampilan seseorang, jika orang tersebut mengerjakan sesuatu secara berulang-ulang.
- Hemat waktu, yang biasanya hilang karena sering bergantinya pekerjaan, dari mengerjakan sesuatu berpindah mengerjakan yang lain.
- Ditemukannya mesin-mesin atau alat – alat terspesialisir.
Dengan mengkombinasikan ketiga keuntungan tersebut, maka hal ini akan memberikan efisiensi dalam suatu perusahaan yang mengadakan devision of labor karena ongkos/ biaya rendah dan jumlah produksi meningkat.
2. Charles Babbage (1832)
Seorang ahli matematik dan ilmuwan yang menyelidiki proses produksi lebih mendalam lagi.
Setelah melalui penyelidikan yang mendalam, dia berpendapat bahwa pada proses produksi barang-barang terdapat keadaan yang tidak ekonomis, dalam hal pemakaian mesin-mesin dan tenaga manusia.
Bukunya yang berjudul On The Economy of Machinery and Mfg (1852) mengemukakan persoalan bagaimana kita menggunakan mesin-mesin dan mengorganisir orang-orang untuk memproduksi barang-barang dengan efisien dan efektif produsen menggunakan “Scientific Methods“ (Mengkombinasikan faktor-faktor produksi sehingga produksi meningkat dan biaya rendah).
Selalin memperkuat pendapat Adam Smith (Devision of Labor menguntungkan) Charles Babbage juga memperkenalkan Limiting Skill sebagai dasar untuk pembayaran upah.
Hal ini menunjukkan bahwa skills dan waktu yang diperlukan untuk setiap pekerja harus ditentukan atas dasar penyelidikan yang rasional (Skill and Time Studies ).
Dalam hal ini Charles Babbage melakukan penyelidikan atas time studies terhadap pembuatan peniti yaitu menyelidiki berapa waktu yang dibutuhkan untuk “ Time Studies”.
Pada dasarnya Charles Babbage telah memperbaiki idea divison of labor -nya Adam Smith dan mengajukan persoalan apa yang dinamakan “ fair day’s wage, for a fair day’s work” (Upah yang layak untuk pekerjaannya satu hari).
3. Ferdinant Willem Taylor – Pengukuran Waktu.
Ia bekerja di pabrik Baja AS tahun 1881 sebagai pengawas dan melihat pekerja tidak bekerja sebagaimana mestinya. Karena pengaturan jam kerja yang tidak baik. Menugaskan 2 pekerja :
Untuk mengukur seberapa besar tenaga seorang pekerja harus dikeluarkan agar pekerja tersebut dapat memberi hasil maksimal, bukan mengukur kekuatan maksimal.
Bekerja sekuat-kuatnya – hasil banyak tetapi melelahkan dan tidak tahan lama.
Bekerja dengan tenaga sedikit - tahan lama tetapi hasil sedikit.
Diantara keduanya.
Hasil kerja sangat dipengaruhi oleh :
- Lamanya waktu bekerja.
- Lamanya waktu istirahat.
- Frekwensi istirahat.
Jadi bekerja 6 jam dan istirahat 1 jam berbeda hasil yang dicapainya dengan bekerja 5 jam dan istirahat 1 jam atau 2 jam. Begitu pula akan lain hasilnya bila bekerja dengan istirahat dua kali setengah jam.
Sehubungan dengan penerapan hasil penemuannya ini, Taylor melakukan pengukuran – pengukuran waktu dengan menggunakan jam henti (Stop Watch). Sejak itulah pengukuran waktu secara teliti dan ilmiah mulai dilakukan. Dari pengukuran waktu jam henti inilah berkembang cara – cara lain seperti Data Waktu Baku, Data Waktu Gerakan, dan juga Sampling Pekerjaan.
Salah satu percbaan Taylor yang terkenal adalah percobaan menyekop dan mengangkat bijih – bijih besi.
Dua pekerja menyekop dari sekop yang terkecil sampai yang terbesar, ternyata sekop ukuran 21,5 lb yang banyak menghasilkan.
Artinya sekop – sekop yang berukuran lebih kecil atau lebih besar dari 21,5 lb tidak menghasilkan pemindahan sebanyak itu.
Secara umum dapat dikatakan jika bagi pekerjaan sejenis itu dibuatkan grafik yang menunjukkan hubungan antara beban hasil kerja total maka akan terlihat gambar berikut :
Hasil temuan Taylor :
1. Pemikiran dan usaha untuk menyelesaikan berbagai masalah secara ilmiah – The Scientific Management.
2. Mengembangkan bentuk organisasi fungsional.
Rumus umur pahat Taylor.
3. Menyelidiki faktor – faktor yang mempengaruhi umur pahat
4. FB Gilbreth (Studi Gerakan)
Pada mulanya merupakan seorang Kontraktor bangunan di AS :
“ Melihat adanya ketidakefisienan gerakan-gerakan kerja menyusun batu bata”.
Dibantu Lilian, istrinya seorang Psikolog, Gilberth melakukan penelitian – penelitian. Gerakan – gerakan kerja yang dilakukan pekerja diamati dan diteliti antara lain dengan menggunakan kamera – kamera film untuk merekamnya dan kemudian mempelajari hasilnya dengan kecepatan putar yang sangat lambat.
Dari penelitian – penelitian itu akhirnya Gilberth mendapatkan suatu prosedur untuk menganalisa gerakan kerja dan memperbaikinya. Prosedur itu adalah membagi gerakan-gerakan kerja menjadi elemen-elemen gerakan dasar yang merupakan bagian dari suatu gerakan misalnya gerakan tangan mengambil sebuah gelas diurai menjadi :
- Menjangkau [Reach = Re]
- Memegang [Grasp = G]
- Mengangkut [Move = M]
Gerakan Therblig. Elemen gerakan yang dikembangkan Gilberth berjumlah 17 buah elemen gerakan
Prinsip-prinsip ini dimaksudkan untuk :
Mendapatkan suatu sistem kerja yang terancang baik sehingga memudahkan dan menyamankan gerakan-gerakan kerja untuk sejauh mungkin menghindarkan atau melambatkan datangnya kelelahan (Fatique).
Pengertian, Definisi, Macam, Jenis dan Penggolongan Industri di Indonesia - Perekonomian Bisnis
A. Definisi dan pengertian industri
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
B. Jenis / macam-macam industri berdasarkan tempat bahan baku
1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar.
- Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya.
- Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
C. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
D. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya
= berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 =
1. Industri kimia dasar
contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll
4. Aneka industri
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
E. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.
F. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitik beratkan pada pasar (market oriented industry)
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor (man power oriented industry)
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented industry)
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
G. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer
adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
2. Industri sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
3. Industri tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
(http://organisasi.org/pengertian_definisi_macam_jenis_dan_penggolongan_industri_di_indonesia_perekonomian_bisnis).
Industri adalah suatu usaha atau kegiatan pengolahan bahan mentah atau barang setengah jadi menjadi barang jadi barang jadi yang memiliki nilai tambah untuk mendapatkan keuntungan. Usaha perakitan atau assembling dan juga reparasi adalah bagian dari industri. Hasil industri tidak hanya berupa barang, tetapi juga dalam bentuk jasa.
B. Jenis / macam-macam industri berdasarkan tempat bahan baku
1. Industri ekstraktif
Industri ekstraktif adalah industri yang bahan baku diambil langsung dari alam sekitar.
- Contoh : pertanian, perkebunan, perhutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, dan lain lain.
2. Industri nonekstaktif
Industri nonekstaktif adalah industri yang bahan baku didapat dari tempat lain selain alam sekitar.
3. Industri fasilitatif
Industri fasilitatif adalah industri yang produk utamanya adalah berbentuk jasa yang dijual kepada para konsumennya.
- Contoh : Asuransi, perbankan, transportasi, ekspedisi, dan lain sebagainya.
C. Golongan / macam industri berdasarkan besar kecil modal
1. Industri padat modal
adalah industri yang dibangun dengan modal yang jumlahnya besar untuk kegiatan operasional maupun pembangunannya
2. Industri padat karya
adalah industri yang lebih dititik beratkan pada sejumlah besar tenaga kerja atau pekerja dalam pembangunan serta pengoperasiannya.
D. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan klasifikasi atau penjenisannya
= berdasarkan SK Menteri Perindustrian No.19/M/I/1986 =
1. Industri kimia dasar
contohnya seperti industri semen, obat-obatan, kertas, pupuk, dsb
2. Industri mesin dan logam dasar
misalnya seperti industri pesawat terbang, kendaraan bermotor, tekstil, dll
3. Industri kecil
Contoh seperti industri roti, kompor minyak, makanan ringan, es, minyak goreng curah, dll
4. Aneka industri
misal seperti industri pakaian, industri makanan dan minuman, dan lain-lain.
E. Jenis-jenis / macam industri berdasarkan jumlah tenaga kerja
1. Industri rumah tangga
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 1-4 orang.
2. Industri kecil
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 5-19 orang.
3. Industri sedang atau industri menengah
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 20-99 orang.
4. Industri besar
Adalah industri yang jumlah karyawan / tenaga kerja berjumlah antara 100 orang atau lebih.
F. Pembagian / penggolongan industri berdasakan pemilihan lokasi
1. Industri yang berorientasi atau menitik beratkan pada pasar (market oriented industry)
Adalah industri yang didirikan sesuai dengan lokasi potensi target konsumen. Industri jenis ini akan mendekati kantong-kantong di mana konsumen potensial berada. Semakin dekat ke pasar akan semakin menjadi lebih baik.
2. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada tenaga kerja / labor (man power oriented industry)
Adalah industri yang berada pada lokasi di pusat pemukiman penduduk karena bisanya jenis industri tersebut membutuhkan banyak pekerja / pegawai untuk lebih efektif dan efisien.
3. Industri yang berorientasi atau menitikberatkan pada bahan baku (supply oriented industry)
Adalah jenis industri yang mendekati lokasi di mana bahan baku berada untuk memangkas atau memotong biaya transportasi yang besar.
G. Macam-macam / jenis industri berdasarkan produktifitas perorangan
1. Industri primer
adalah industri yang barang-barang produksinya bukan hasil olahan langsung atau tanpa diolah terlebih dahulu
Contohnya adalah hasil produksi pertanian, peternakan, perkebunan, perikanan, dan sebagainya.
2. Industri sekunder
industri sekunder adalah industri yang bahan mentah diolah sehingga menghasilkan barang-barang untuk diolah kembali.
Misalnya adalah pemintalan benang sutra, komponen elektronik, dan sebagainya.
3. Industri tersier
Adalah industri yang produk atau barangnya berupa layanan jasa.
Contoh seperti telekomunikasi, transportasi, perawatan kesehatan, dan masih banyak lagi yang lainnya.
(http://organisasi.org/pengertian_definisi_macam_jenis_dan_penggolongan_industri_di_indonesia_perekonomian_bisnis).
Langganan:
Postingan (Atom)